Sabtu, 03 Agustus 2019

Rasa Penasaran

Aku berfikir
Terakadang, dan tidak sesering sarapan pagi
Aku penasaran kepadanya
Dia yang akan hadir disetiap detik kehidupan tua ku
di setiap matahari terbit dan tenggelam
selamanya nanti

Apakah dia seorang baik hati
Apakah dia seorang politisi
Apakah dia seorang pemberani
Apakah dia seorang penyair

Dapatkah aku segera bertemu dengannya?
Kapan itu akan terjadi?
Bagaimana caraku untuk menerimanya?
Bagaimana cara dia menatapku untuk pertama kali?

Ku harap aku akan segera bertemu dengannya

Surakarta
zya, 03/08/2019

Minggu, 13 Agustus 2017

Diary Gea #2 ~ Masih bertahan menunggu ~

Sudah beberapa bulan berlalu, dia belum mengatakan apa-apa hingga sekarang. Aku cemas, gemas, bete, khawatir apa yang akan terjadi kemudian. Semua ini tidak memiliki titik terang. Walaupun kemarin dia menunjukkan salah satu usahanya, dan disertai sedikit kelabilan. Kala itu, hari keempat setelah lebaran, dia memutuskan untuk ke rumah, ya ke rumahku. Awalnya sih aku hanya mancing aja nyuruh dia ke rumah, dan ternyata dia mau.

Hari itu dia datang terlalu sore. Sempat aku pergi keluar karena dia terlalu lama. Hingga akhirnya pas aku pulang, ada sebuah motor terparkir di depan rumah. Aku menduga kalau itu dia. Sambil bertanya kepada Ibu yang sedang menyetrika baju di belakang rumah, aku mengintip apa yang terjadi di ruang tamu. Ayahku dan dia ada di sana. Sempat terfikir untuk mengerjainya terlebih dahulu, membiarkannya ngobrol banyak dengan Ayahku, namun aku tidak setega itu. 

Obrolan kita hanya seputar kegiatan  biasa, tidak lebih, tidak ada apapun menyinggung kejelasan kita. Setelah dia pulang, aku bertanya kepada Ayah apa saja yang terjadi tadi di ruang tamu sebelum aku datang. Itu hanya obrolan ringan basa basi. Sampai disitu saja.

Pesan-pesan yang ia kirimkan setelah itu tetap seperti biasa. Menceritakan kehidupannya di sana, curhatan tentang konsulen-konsulennya, tidak ada yang menyangkut kejelasan kita sama sekali. Terkadang inginku bertanya langsung kepadanya apa yang aku pikirkan selama ini, huft... Semua itu tercekat ditenggorokan. Hingga suatu ketika aku sengaja curhat di medsos, sebenernya ga berharap dia ngerasa sih, biasa anak alay begini jadi yasudah. Waktu itu aku nulis, just dont want it to become habbit, kira kira begitulah. Selang waktu kemudian pesan singkat darinya muncul
Appan tuh? 07.51
Butuh waktu lama untuk aku membalasnya, ya karena bingung mau jawab apa, secara kan itu buat dia, aku ga mau percakapan kita selama ini jadi habbit, dan nantinya jika semua ini berhenti, akan berdampak kepadaku.
Dinding kamar kos :P 10.37 (aku jawab begitu karna latar tulisannya adalah dinding kamar kos)

Kata-katanya maksud aku 10.46

Haha.. Habbit menunggu 11.11

Emang kamu lagi nunggu apaan? 12.33

Sebenarnya pengen banget jawab, nungguin kamu boy! nungguin kamu! :'(

Menunggu hal yang juga sering ditunggu orang lain #hapadeh 16.11 
Begitulah akhirnya kujawab

Yaudah sabar 17.10
Tungguin aja kalo emg pantes km tunggu 17.10 

Helloww ini buat kamu -__-
Baiknya seperti itu 17.40
Mungkin sampai berubah jadi suatu hal yang lebih hebat lagi 17.42

 iyaa kalau kamu sabar nunggu yaa bagus 17.48

well, let see 17.55 
Kataku kemudian

Percakapan berlanjut tanpa kesimpulan. Capek sebenernya boy, tapi ya mau gimana lagi. Aku sudah berniat untuk tidak menanyakan terlebih dahulu. Karena Allah maha membolak-balikkan hati manusia, jadi aku hanya bisa menunggu, lagi? Iya aku akan menunggu, seperti sebelum-sebelumnya, aku rasa akan mudah, eh tapi untuk sekarang aku rasa sedikit sulit. Beneran deh, aku ngga mau menjadikan percakapan kita ini habbit. Its not right boy :'( 
Hope you feel confident in another meeting.

Surakarta
13/08/2017

 

Senin, 19 Desember 2016

Diary Gea #1 ~ Semua ini membuatku sesak ~

"Lagi kenapa sih?"
Aku mendengarnya bertanya, tapi aku masih sibuk menatap bulir bulir hujan di jendela. Banyak orang yang bilang, hujan bisa membawa kesedihan, kerinduan, dan mengingatkanmu atas masa lalu.

Maka untuk itu, jangan pernah jatuh cinta dan patah hat saat hujan, jikalau semua berakhit buruk, kau akan terus teringat saat ada hujan. Padahal hampir separuh tahun adalah musim pemnghujan. Kau mau mengenang hal itu setengah tahun penuh? Huh...

"Cerita dong, jangan bikin aku tambah sedih ngeliat kamu kek gini Ge," bujuk Lili.

Memang, aku yang menyuruhnya datang kemari, tapi aku masih menikmati rintik hujan yang turun, bergulir pelan di kaca jendela.

"Kau tahu, bagaimana rasanya saat kau rindu tapi tidak bisa mengatakannya? Tercekat di tenggorokan. Semacam nanah yang akan ke luar dari bisul. Mau pecah tapi terhalang lapisan kulit."
"Kau terlalu puitis Gea, lebih lebih saat kau jatuh cinta seperti ini, bikin aku mau muntah," katanya mencibir.
"Ah, kau hanya tidak mengerti."
"Aku tahu rasanya. Kalau rindu, tinggal bilang. Beres kan?"
"Tidak sesederhana itu, agamaku membatasinya, agama kita."
"Well yah, itu pilihan."
"Terlebih lagi, kau tidak tahu, orang yang kau rindukan itu, apakah juga sedang merindukanmu? Orang yang kau rindukan tiap detik, apakah juga memiliki perasaan yang sama," mataku berasa panas dan berair.
"Gea? Kau menangis?" Tatapan Lili semakin serius. "Hei, katakan saja padanya, kalau kau menyukainya. Tidak ada yang melaranh, bahkan Khadijah pun mengatakan duluan kepada Nabi Muhammad."
"Tapi Li, banyak hal yang harus difikirkan. Jika aku mengungkapkannya, aku harus bisa mempertanggungjawabkannya Li, dan aku belum siap. Ah, aku hanya letih, menyimpan perasaan ini, tapi aku harus menyimpannya demi diriku sendiri. Setiap detik membunuh semua rasa rindu itu, menghapus wajahnya dari ingatanku."
Lili memelukku. Aku tidak bisa membiarkan air mata ini terlalu lama menggenang.
"Jadi, apa yang ingin aku lakukan untukmu?"
"Tidak ada, aku sudah khatam quotes quotes tentang cinta, sudah kuhafal semua, buku buku tentang cinta sudah aku baca semua, ya mungkin belum semua, tapi aku sudah paham semua isi buku buku itu. Kau tahu, ini yang namanya teori tidak sesuai dengan praktiknya. Aku hanya ingin kau, di sini, sebagai sahabat, mendengarkanku, menghapus air mataku, dan membuatku tersenyum lagi."
"Pasti, as always, insya Allah."
"Biarkan rindu ini disampaikan oleh bulan di atas sana. Malam ini biarlah aku tidur berselimutkan rindu. Aku ingin menikmati prosesnya. Apakah menunggunya akan sesulit ini, aku rela. Aku akan belajar ikhlas, jika ia tidak memperjuangkanku. Biarkan waktu yang akan menjawab, mungkin esok, lusa, lima tahun lagi? Entahlah, aku akan berusaha tetap tegar seperti Gea biasanya. Berjalan ke depan meski terseok seok, asalkan ada kamu yang membantuku berjalan," aku menghapus air mataku.
"Geaaa... Aku harus berterima kasih kepada Allah yang telah memberikan wanita hebat yang ada di depanku ini sebagai sahabat."

Malam itu, aku biarkan bulan yang menyimoan semua rinduku. Entah akan disampaikan padanya atau tidak, aku pasrah saja. Terima kasih Bang, sudah mengajarkanku menununggumu dengan sabar. Aku akan menunggumu untuk datang ke rumah membawa rombongan keluarga. Itu doaku.

Fiksi
Zya 21.25 - 19/12/16

Kamis, 15 Desember 2016

Merindu

Untuk kesekian detik
Aku masih mengingatmu
Sebenarnya aku tidak tahu
Apa kelebihanmu
Tapi kau tahu
Kau selalu terselip dalam ruang rinduku
Bagaimana ini bisa disebut sengaja?
Aku tidak bisa menahannya
Kau muncul begitu saja
Tidak pernah sekalipun aku mengundangmu datang
Apa yang harus aku lakukan
Kau masih suka basa basi sepertinya
Aku hanya wanita biasa
Yang ingin mendapatkan jawaban
Sesegera mungkin
Yah, entah itu akan menyakitkan
Atau menyembuhkan
Aku ingin kau segera memutuskan
Entah
Mungkin keadaan yang membuat aku semakin gelisah
Memikirkanmu, itu menyakitkan
Dimana saat merindu, namun tak bisa bertemu
Karna iman kita membatasinya
Aku tahu itu, sangat tahu
Maka untuk itu
Aku ingin membunuh tiap detik dimana aku merindu
Rindu akan dirimu
Menikam rindu hingga ia menghilang
Berusaha memenangkan pertarungan ini
Tunggu, tapi apa aku yang sedang berjuang sendirian?
Batinku tidak setuju,
Yang kau lakukan selama ini berbeda
Kau tahu, teman biasa tidak seperti itu
Aku rasa
Eh, atau spekulasiku saja?
Intuisi yang tak pasti?
Diagnosa yg keliru?
Aku ingin segera mendapatkan jawabannya
Segera
Atau mungkin saja Allah sedang mengujiku sekali lagi
Mengenai mu, aku akan terus berusaha memperbaiki diri
Untukmu, yah kalau tidak
Untuk siapa lah nanti
Dia yang akan berlabuh di hati yang telah lama berlumut ini

Zya
22.42 // 121216

Minggu, 20 November 2016

Satu persatu Menikah #episodeAnggidanMasPram

Ah, akhirnya kamu menikah Nggi. Happy wedding, semoga selalu bahagia, langgeng, dan cepet dapet momongan. Hihihi.. 😊😊😊
Dari kita berlima, kamu Olyvia Heranggi Kristi si cewek cerewet, tengil, gaul, suka sama matematika ini nyoling start. Kami sih dulu ga ada perjanjian apapun siapa yang bakal nikah duluan. Ngga nyangka aja kamu duluan. Hihi... Memang kalau jodoh ga bakal kemana. Dulu kamu yg suka cerita cerita tentang cowok begitu hebohnya, masih ingat dulu kamu nangis di kamar mandi hanya karena mamah kamu lebih menyayangi mas Angga (menurut versi kamu), rasanya itu baru sebentar saja. Dan sekarang kamu sudah harus hidup bersama orang lain.

Biarlah nanti selanjutnya biar waktu yang akan menjawab. Siapa rangking kedua selanjutnya. Karna jodoh itu misteri. Misteri yang sebenernya ingin segera aku pecahkan. Gimana ya, semakin banyak teman teman yang menikah, semakin gundah gulana hati ini. Huft, , , Apalagi yang menikah teman dekat.

Melihat Anggi dan mas Pram di pelaminan aku jadi berfikir macam macam. Ah, prasangka, segala macam prasangka itu tidak baik. Salah salah bisa bikin kita terjerumus prasangka itu dan sakit hati sendiri. Semoga saja kalau si dia entah siapa itu adalah lelaki yang berani, memperjuangkan, dan bertanggung jawab atas perasaannya. Menjaga hatinya untukku nanti, eh sebenarnya ga boleh egois. Kita titipkan sajalah hati ini kepada Sang Pemilik Hati yang sesungguhnya ya Mas. Sabar, jangan datang sekarang tak apa, aku sedang membersihkan hati untukmu. Jadi kelak kalau kau datang semoga hatiku sudah bersih. Aku tunggu ya Mas, di rumah. Mas entah siapa namamu dan bagaimana rupamu 😂 Hari ini diampuni bapernya ya ya Allah?

Minggu malam,
Zya
19.21 // 20-11/16

Jumat, 18 November 2016

Siapkah ku jatuh cinta?

Seperti lirik lagu HiVi memang,
Meski bibir ini tak berkata
Bukan berarti ku tak merasa ada yg berbeda diantara kita
Dan tak mungkin ku melewatkanmu
Hanya karna diriku tak mampu untuk bicara
Bahwa aku inginkan kau ada di hidupku..
Siapkah kau tuk jatuh cinta lagi?
Kira kira begitulah sepenggal lirik lagunya

Jika kita jatuh cinta, harus siap menanggung semua resikonya. Bergulat dengan perasaan rindu. Bertengkar dengan logika atas kesimpulan kesimpulan imajinatif yang kita ciptakan. Belum tentu kesimpulan kita mengenai sebuah kejadian itu benar adanya. Jika menyangkut sang pujaan hati, maka selesai sudah, pasti kita memganggap semua itu benar adanya.

Namun, siapkah kita melewati hal hal seprti itu? Tanyakan kepada diri sendiri. Siapkah kita akhirnya tahu bahwa kesimpulan imajinatif kita tidak sepenuhnya benar? Patah hati. Siapkah kita akhirnya tahu bahwa dia bersikap seperti ini kepada siapa saja? Remuk hati. Siapkah kita akhirnya tahu bahwa yang dia pilih ternyata wanita lain, yang lebih dari kita, bahkan malah memilih teman sendiri? Hancur berkeping keping hati ini.

Konsekuensi berikutnya, apakah kita mampu mempertanggungjawabkan rasa ini lepada Sang Pemilik Hati? Perasaan ini tumbuh dimasa yang kurang tepat. Kita masih belum melewati ijab dan qabul. Langkah yang akan kita ambil apalah benar? Mencintai dia, memikirkan dia yang bukan siapa siapa? Yang masih haram kita sentuh?

Siapkah ku tuk jauth cinta? Entahlah... Sekuat tenaga aku menjaga benteng ini, namun bukan untuk menutup hati, hanya membiarkannya sedikit terbuka. Aku sudah dewasa, seharusnya bisa memanage perasaan itu dg benar. Sudah sekian tahun hanya jadi secret admirer, gampang saja kali ini. Hanya jadi pengamat. Bukan kepoers, semakin kepo, nanti semakin rindu, semakin bahaya perasaan yg blm halal ini. Pembatasan itu perlu dilakukan. Walaupun sering masih tergoda oelh setan setan virus merah jambu, sebisa munkin berinteraksi dg lawan jenis dibatasi. Sehingga dalam proses penantian ini, aku tetap menjaga diri, menjaga cintaNya, tidak menduakanNya, ampuni aku ya Rabbi 😥😥😥

Maafkan atas waktu lebih untuk mendoakannya di shalatku
Maafkan atas waktu lebih untuk sekedar memikirkannya
Hambamu ini hanyalah manusia biasa
Yang tak luput dari dosa


Jumat pagi,
07.21 -- 18/11/93

Kamis, 17 November 2016

Kau tahu kenapa kita tidak segera dipertemukan?
Mungkin hatiku masih belum sepenuhnya bersih dari masa lalu
Aku juga tak ingin menyambutmu dg hati yg masih ada ruang untuknya
Itu kesimpulanku yang pertama

Kau tahu kenapa kita tidak segera dipertemukan?
Kamu belum siap, aku belum siap
Menurut Sang Pemilik Hati
Kita mungkin masih harus terus berusaha mengambil hatiNya
Hingga waktu berlalu dan mendekat di masa itu
Masa di mana kita akan bertemu
Insya Allah

Biarlah, jangan mendekat
Aku takut jatuh lebih dalam karena perhatianmu
Aku juga tidak bisa memastikan perasaanmu kepadaku
Jadi tetaplah seperti ini
Jangan biarkan aku jatuh lebih dalam

Dan jika di masa penantian ini kau mendapatkan dia yg lebih baik
Aku tidak akan jatuh sakit memikirkanmu
Begitu juga sebaliknya
Tidak ada sesal, tidak ada sesak di dada
Aku hanya akan mendoakan siapa yang menurutNya, terbaik untuk kita


Kamis pagi yang berembun,
Zya
06.49 - 17/11/16