Jumat, 19 Desember 2014

Payung Biru Brokoli

source: google
Hujan ini tak berhenti di sini saja rupanya. Sudah lima belas menit aku menunggu di koridor sekolah. Berharap dia datang kemudian berbagi payung denganku. Ah, beberapa hari ini dia selalu menghindariku. Tak pernah sekalipun membalas sms ataupun sapaanku. Ada apa denganmu? Biarlah dulu, mungkin dia butuh waktu untuk sendiri tanpa diganggu siapapun.
“Flo...”
Seseorang memanggilku. Reno, berdiri di sampingku sambil mengulurkan sebuah payung. Dan sepertinya aku kenal pemiliknya.
“Surya nitipin ini buat kamu,” katanya.
Aku menerima payung biru bertuliskan nama sebuah bank –ketahuan banget kalau dapetnya gratisan-. “Mana teman sebangkumu itu?”
“Udah pulang duluan. Kalian kenapa sih? Aku lihat akhir-akhir ini kalian renggang. Biasanya kan tuh bocah pulang bareng kamu.”
Aku mengangkat bahu. “Tanya aja sendiri. Makasih ya, aku pulang dulu!”
Aku meninggalkan Reno yang sedang bingung. Tuh kan, orang lain aja merasa kalau aku dan Surya si brokoli itu sedang renggang.
Aku memilah-milah jalan mana yang harus aku lewati, hujan lima belas menit ini telah berdampak buruk buat lingkungan sekitar. Genangan air di mana-mana. Mungkin juga penataan selokan yang buruk menambah parah situasi ini. Jadi inget, dulu saat kami –aku dan Surya- masih baluta alias bawah sepuluh tahun suka sekali main hujan. Walaupun di tangan kami ada payung, tidak kami gunakan. Ibu selalu marah-marah jika aku pulang bareng Surya diwaktu hujan. Ibu pasti tahu, malamnya aku akan bersin-bersin sampai membuat Ayah dan Ibuku tidak bisa tidur.
Aku dan Surya sudah berteman bahkan bisa dibilang bersahabat sejak kecil. Aku tak punya saudara di rumah. Surya hanya punya nenek yang yaah bisa dibilang sakit-sakitan (penyakit tua). Dan saat kami menginjak 12 tahun nenek Surya meninggalkannya untuk kembali ke Sang Pencipta. Ia sempurna tidak memiliki siapapun di dunia ini. Aku menjadi semakin sayang kepadanya. Untungnya Ibu bersedia membagi kasih sayangnya untuk Surya. Namun ia tak mau meninggalkan rumah tercintanya itu. Ini salah satu-satunya peninggalan neneknya.
Tapi, apa balasannya akhir-akhir ini. Huuh... Dia malah menjauh dariku. Padahal untuk saat ini aku sangat membutuhkannya. Aku mengikuti sebuah lomba karya ilmiah. Brokoli jenius ini sangat mengerti tentang tema yang dilombakan. Tanaman. Tentu saja aku sangat butuh bantuannya. Rumahnya saja sudah seperti hutan. Ia pantas dijuluki sebagai brokoli jenius penyelamat hutan.
Perjalanan pulang aku penuhi dengan mengutuki Surya. Awas saja kalau aku ketemu dengannya. Akan kulempar dia ke negeri pohon sana. Astaga bahkan aku tidak bisa tidur sekarang karena masih memikirkannya. Beberapa kali aku mencoba memejamkan mata dan beberapa kali juga berpindah posisi dari miring, posisi janin, tengkurap dan yang lainnya. Bahkan sempat mau coba tidur dengan kepala di bawah. Apapun itu aku coba untuk tetap bisa tidur.
Surya benar-benar membuat aku gila kali ini. Aku mencoba mengirim sms yang mungkin tidak akan dibalesnya juga.
Heeyyy brokoliii....
Terkirim. Nggak berharap juga di bales. Beberapa detik kemudian ada sms masuk. Astaga... Dibales... Aku segera membukanya dan ternyata sebuah sms penipuan minta transfer uang. Oh, ya ampun apa pula manfaatnya kirim sms beginian mengganggu orang saja. Tanpa pikir panjang aku matikan saja handphoneku. Aku sudah terlanjur sebel.
Aku mencari buku diariku di laci. Sudah lama aku tidak menulisinya. Mencurahkan semua perasaanku. Kubuka lembar demi lembar dan sedikit tertawa karena dulu ternyata aku alay banget menaggapi sesuatu. Namun tanganku terhenti membalikkan kertas. Tulisan tangan Surya. Aku ingat dia dulu maksa meminjam buku diariku. Padahalkan ini sangat vital bagi perempuan. Karena dia sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri jadi aku memperbolehkannya. Kemudian ia menuliskan janji-janji. Bahkan janji-janji ini aku ragu dia akan menepatinya lagi.
Kau tahu Flo, aku beruntung mempunyai sahabat sepertimu. Kau selalu memberikan warna dihidupku. Entah bagaimana caranya aku berterima kasih. Tapi aku benar-benar berterima kasih atas semuanya. Kau tempatku bersandar. Kau tempatku belajar arti keceriaan, kau tempatku belajar arti ketulusan. Kau tempatku belajar semuanya.
Ijinkanlah aku juga menjadi tempat yang nyaman untukmu. Aku akan selalu ada jika kau butuh. Aku akan selalu berhenti dari kesibukanku untuk mendengarkanmu. Aku berjanji akan lakukan itu Flo.
Air mataku jatuh tepat di bawah kalimat terakhir.
“Apa kau tak ingat ini Brokoli? Apa kau sudah melupakan janji-janjimu ini?”
Kemudian aku tertidur sambil memeluk buku diari kecilku. Aku terlalu lelah.
***  
Lagi-lagi aku berangkat sendirian. Aku melewati rumah Brokoli. Terlihat sepi. Kelihatannya dia sudah berangkat.
“Sampai kapan kau akan menghindariku brokoli???”
Aku selalu suka memanggilnya seperti itu. Rambutnya yang keriting seperti brokoli serta kesukaanya terhadap tumbuh-tumbuhan semakin membuat dia mirip dengan brokoli. Ah, aku rindu memanggilnya dengan itu secara langsung.
Saat istirahat aku memutuskan untuk pergi ke taman sebelah perpustakaan. Tempat di mana aku dan Brokoli itu menghabiskan sisa istirahat. Saling mengejek atau belajar bersama. Kami memang tidak satu kelas, makanya berbagi dengan siswa kelas lain tentang pelajaran itu selalu menyenangkan.
Apa aku tak salah lihat? Surya sedang duduk membelakangiku di bangku yang jaraknya sudah hanya beberapa meter dariku. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus melabraknya sekarang? Tidakkah ini kesempatan yang bagus? Aku memberanikan diri mendekatinya, tinggal dua langkah lagi, tiba-tiba Surya berdiri dan berbalik. Kami saling tatap terkejut, kemudian Surya membuang pandangannya.
Aku harus menyelesaikan masalah ini. Dia tak bisa seenaknya memperlakukanku seperti ini. Aku juga punya perasaan. Ia hendak berbalik dan berjalan menjauhiku.
“Hei brokoli!!! Diam di sana!! Ini permintaan!!! Tidakkah kau merindukanku??”
Surya tak bergeming dari tempatnya berdiri.
“Heii!!! Mana janjimu kau selalu ada untukku, berhenti sejenak dari kesibukanmu dan mendengarkan keluh kesahku. Mana? Aku menagihnya sekarang. Bukankah janji adalah hutang?”
Sekali lagi ia tak bergerak sesentipun.
“Apa salahku? Bilang saja, aku akan dengan lapang dada menerimanya. Surya... Aku mohon...”
Sesak sudah, air mataku seenaknya jatuh. Dan kubiarkan ia mengalir sesukanya. Agar Surya mengerti, agar ia tahu aku benar-benar tulus memintanya kembali.
Surya mendengar isakanku, kemudian ia berbalik menatapku.
“Kau mau tahu jawabannya?” tanya Surya yang akhirnya membuka mulutnya.
Aku mengangguk sambil menyeka air mata.
“Karena kau telah mencuri hatiku...”
Aku langsung menatapnya tajam.
“Yaa, akhir-akhir ini aku menyadarinya. Sebenarnya apa yang aku rasakan padamu. Aku melihatmu bersama Ray dua minggu lalu. Kalian semakin dekat karena hal itu, aku semakin tak bisa tidur memikirkanmu Flo. Ya, aku cemburu. Sangat cemburu.”
“Mungkin kamu hanya cemburu sebagai sahabat Sur. Maafkan aku.”
“Tidak Flo. Aku sudah memastikannya berulang-ulang. Aku takut kehilanganmu. Rasanya beda saat kau dulu dekat dengan Weni. Sampai dulu bahkan kau melupakan janjimu main bersamaku. Dan kau main bersama Weni. Tidak, seratus persen beda. Kau hanya tak mengerti Flo.”
“Tapi kau tahu kan aku tak akan mengencani sahabatku sendiri. Rasanya akan berbeda. Dan aku menyayangimu selamanya sebagai sahabat Sur.”
“Iya aku tahu, sangat tahu. Maafkan aku telah mencintaimu Flo...”
Kami diam beberapa menit. Hanya berdiri, menatap jauh kemanapun, asal tidak menatap lawan bicara.
“Lalu, kenapa kau malah menjauhiku?”
“Karena aku tahu, kau tidak akan menyukainya. Jika bersamamu terus, rasa cinta itu akan tetap ada Flo. Maka sebentar saja aku berusaha menjauhimu untuk melupakan perasaan liar yang muncul dari hatiku kepadamu.”
“Tau kah kau jika hal itu malah menyakitiku Sur?”
“Maafkan aku. Aku juga tahu, aku semakin tak bisa berkonsentrasi dengan pelajaran dan hal apapun karena ini.”
“Tetaplah ada disampingku, tidakkah kau mencoba untuk berdamai dengan perasaanmu? Tidak bisakah aku hanya menjadi sahabatmu dan adikmu?”
Surya diam. Ia menatapku lamat-lamat.
“Surya... Kali ini aku memohon padamu.”
Ia menghela nafas panjang. Kemudian pergi meninggalkanku. Percakapan ini berakhir tanpa kesimpulan. Aku mengerti, mungkin ia butuh memikirkannya sendiri. Maafkan aku Brokoli. Kamu tahu sendiri alasan mengapa aku tak akan menjadikan sahabatku menjadi seorang kekasih.
Satu tahun yang lalu, aku juga mempunyai teman. Emma. Ia mempunyai sahabat kecil, Danuh. Namun, pada akhirnya mereka berdua jadian. Apa masalahnya? Bukankah hal itu baik? Bukankah mereka sudah memahami tabiat masing-masing?
Suatu hari entah karena apa mereka bertengkar hebat. Aku tak tahu persis asal muasalnya, karena memang aku tak suka menggosip. Aku hanya mendengarnya dari Emma bahwa ia putus dengan Danuh, saat aku tahu ada yang aneh dengan mereka berdua. Sampai sekarang, mereka tidak pernah akur lagi. Saling sapa pun tidak. Mereka menjadi musuh.
Aku tak tahu jika aku membiarkan Brokoli menyukaiku akhirnya akan seperti apa. Tapi aku takut, sangat takut jika Brokoli meninggalkanku bahkan membenciku.
### 
Pelajaran berakhir, tapi hujan juga nggak mau berakhir. Untung aku masih membawa payung milik Brokoli. Aku menunggunya di depan kelas. Sampai sepi sekali, ia tak muncul. Bagaimana dia pulang? Bahkan payungnya aku bawa. Setahuku dia tak punya payung lain selain payung biru hadiah doorprise milik neneknya ini. Ah, bodo amat, dia kan laki-laki, sudah 17 tahun, ia bisa mengurus dirinya sendiri.
Aku menyusuri halaman sekolah dengan masih memikirkan percakapan tak berujung dengan Brokoli tadi pagi.
“Boleh aku numpang pulang? Ini kan payungku!” Tiba-tiba seseorang sudah berada disampingku menarik-narik payung ke tubuhnya.
Aku berhenti berjalan dan memandangnya.
“Kenapa? Kau mulai menyukaiku?” Ia menyelidik.
Aku melotot.
“Sini aku yang pegang payungnya tuan putri. Ini sebagai permintaan maaf dariku. Maukah kau menjadi sahabatku selamanya sampai ke akhirat?”
Aku tersenyum dan mengangguk semangat.
Kami berjalan pulang dengan banyak bergurau sambil sesekali bermain air. Brokoli yang lebih tinggi dariku sengaja meninggikan payungnya agar aku basah kena air hujan.
“Brokolii!!! Aku basaaah, nanti kalau semalaman aku bersin-bersin Ibu dan Ayah nggak bisa tidur lagi.
Ia malah tertawa terbahak-bahak sengaja betul memainkan payung biru kesana-kemari.
“Hei Flo, selama ini aku belum memberikan julukan padamu kan. Kau seenaknya saja memanggilku brokoli. Sekarang kau kupanggil Miss Bersin. Hahahahaha...”
“Nggak mau, jelek tauukk...”
Aku memukulinya.

Sekarang Ia malah kabur membawa pergi payungnya dan meninggalkanku kebasahan. Tapi, aku lega, akhirnya kami akan tetap menjadi sahabat. Selamanya.
source: google

Kamis, 04 Desember 2014

Tari in Love

source: google
Ketika jantungmu berdebar-debar, ketika kau tak mampu berkata-kata, ketika tubuhmu mengeluarkan keringat dingin, kapan hal itu terjadi? Bertemu hantu? Menghadapi UAS? Bukan hal itu. Tapi melihatnya. Setiap kali aku melihatnya, semua gejala-gejala seperti yang aku tulis di atas menyerangku. Seperti sekarang. Dia sedang asik ngobrol dengan teman-temannya. Badannya yang tinggi besar, senyumnya yang menawan. Semuanya. Terlebih lagi sifat kesetiakawanan yang dia miliki. Aku mendapat cerita dari Shinta, temen satu kelasku bahwa dia sangat menyayangi teman-temannya.
“Kinaaan!”
Aku menoleh.
“Ada apa?” aku kembali menatap mas Ang.
“Apa sih yang kau lihat?” Rinda mengikuti arah mataku. “Oooohh... Mas Anggoro to? Kebiasaan ya, kalo suka mbok yo bilang.”
“Ssst...berisik tauk. Ngganggu konsentrasi.”
“Apa? Masak ngeliatin orang butuh konsentrasi? Ayo masuk, Bu Vizta udah nunggu. Bentar lagi kan festival, kita harus giat latihan!”
Rinda menarik paksa aku yang masih memandangi Mas Anggoro. Bener sih, aku harus segera latihan, banyak gerakan yang masih belum seragam. Satu minggu lagi kampus kami mau ikut festival tari yang diadakan oleh pak walikota.  Aku sangat menyukai kesenian yang satu ini.
Sesampainya di sanggar kami segera melakukan pemanasan.
“Minta perhatiannya sebentar anak-anak,” suara bu Vizta membuat kami terdiam. “Saya mendapatkan ide, ada tambahan pada adegan terakhir, setelah perang selesai, nanti Srikandi menari dengan Arjuna. Biar ada kesan love storynya.”
“Maaf  bu, terlambat. Tadi pas mau ke sini di panggil pak Rudi.”
Aku menoleh ke sumber suara. Mas Anggoro. Alasan paling utama aku sangat menyukainya adalah, walaupun dia laki-laki, dia tidak malu untuk ikut melestarikan warisan nenek moyang Indonesia. Ya, dia juga sangat menyukai tari tradisional. Dan pada sendra tari yang akan kami pentaskan, mas Ang menjadi sang Arjuna. Ahh,,, pas banget. Andai Srikandinya itu aku. Aku pasti menjadi peserta paling beruntung.
“Oh, iya Ang. Silahkan masuk. Baru pemanasan kok,” jawab Bu Vizta membuyarkan lamunanku.
*** 
Aku menyeka keringat. Kata Bu Vizta, kalau latihan nggak keringetan itu belum sungguh-sungguh. Jadi, ya tak apa. Yang penting aku bisa menampilakan yang terbaik. Tinggal tiga hari lagi festival dimulai. Mas Ang selalu menjadi penyemangatku untuk menjadi yang terbaik. Dia bisa, kenapa aku nggak? Mas Ang sekarang menjabat duta tari tradisional di kota kami. Aku harus bisa menyusulnya. Berlatih tari, memperkenalkan tari ke anak-anak, menjadikan tari sebagai kebanggaan Indonesia. That’s my dream.
Kurebahkan badanku di kursi sambil mengambil modul mata kuliah. Besok ada praktikum.
“Bu dokteeeeeeeerrrrrrrrr gigiii!!!”
Aku menoleh ke sumber suara.
“Calon ya, belum jadi dokter beneran. Lagipula masih semester dua. Ada apa?” tanyaku pada Rinda yang masih terlihat ngos-ngosan.
“Mbak Hapsari...Mbak Hapsari kecelakaan..!”
“Apa? Gimana keadaannya? Parah nggak? Dia masih bisa ikutan festival kan?”
Rinda menggeleng.
Aku menghela nafas. “Srikandi kami, Mbak Hapsari. Kenapa jadi begini? Bu Vizta sudah tahu?”
“Sudah,” Rinda melihat jam dinding. Sebentar lagi teman-teman pasti kesini. Bu Vizta tadi menyuruhku memberitahu kalian semua.”
Beberapa saat kemudian, anak-anak datang disusul kemudian bu Vizta. Mas Ang juga sudah ada di barisan depan. Ah, setelan kemeja dan celananya selalu pas.
“Kalian pasti sudah tahu kan berita tentang Hapsari?”
Anak-anak saling berbisik.
“Nah, apa boleh buat, karena kaki Hapsari terluka, kita harus segera mencari penggantinya. Siapa yang mau? Tiga hari harus bisa menguasai.”
Kami saling pandang. Kemudian rasanya semua mata tertuju kearahku.
“Kenapa?” kataku. Jangan... jangann... “Aku?” kuarahkan jari telunjuk ke arah tubuhku. Mereka mengangguk. Rinda malah semakin semangat mengangguk.
“Kamu kan Kin yang selama ini cepat menangkap apa yang selalu diajarkan bu Vizta.”
Aku mencari si sumber suara. Dan, yang barusan bicara menyampaikan argumen adalah mas Ang. Oh Tuhan, betapa senangnya hatiku.
Berlatih, berlatih dan berlatih. Sehabis kuliah, aku harus segera berlatih, memadatkan jadwal selama 3 hari penuh. Dan yang lebih membuat deg-deg an. Saat adegan terakhir yang mempertemukan Srikandi dan Arjuna itu lho. Membuat aku nggak bisa konsentrasi. Memandangi wajahnya. Tak hanya sekedar diam-diam. Tapi kali ini kurang dari 50cm. Bayangkan pemirsa!
Latihan yang terakhir tanpa masalah. Sepertinya sudah terbiasa dengan pemandangan aneh ini. Walopun ada beberapa yang suka salah.
Festival dimulai. Semua orang sibuk mempersiapkan diri. Semoga hari ini lancar. Aku mencari-cari mas Ang. Ah itu dia, dengan kostumnya, ia menjadi semakin menawan.
Tiba giliran kampus kami. Saat aku akan maju, ada yang menggoyang-goyangkan bahuku.
“Kinaan, Kinaan!”
Aku membuka mata. dan menoleh ke sumber suara.
“Mbak Hapsari?”
“Bangun, ayo latihan, tinggal tiga hari lagi lho!”
-TamaT-


Jumat, 05 September 2014

Rekam Medis IPM

Ini saya simpen di sini supaya nggak ilang. Semoga bermanfaat lah bagi yang mampir. Ini adalah daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanyakan dokter gigi kepada pasiennya. Menurut sumber terpercaya, dosen pembimbing tercinta drg Aryani Faizah, beberapa hal yang harus diperhatikan saat menganamnesis pasien yang memiliki kelainan pada rongga mulutnya adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan Subyektif
1. CC ( Keluhan Utama)

  • ada yang bisa saya bantu?
  • keluhannya apa ya buk/pak/om/tante/mbah/budhe/pakdhe/beb #eh ?
  • bagian mana yang kurang nyaman?
  • jangan menanyakan 'yang sakit mana?' karena tidak semua pasien yang datang merasakan sakit. Keluhan utama pasien tidak selalu rasa sakit. Bisa tambalannya lepas, mau bikin gigi tiruan, dll.
2. PI (Keadaan Sakit Sekarang)

  • kapan mulai dirasakan keluhan?
  • apakah mengganggu kenyamanan menelan/berbicara/mengunyah?
  • bagaimana perkembangan ( lesi membesar tidak, bengkaknya membesar tidak, ukurannya semakin besar tidak?)
  • perhatikan letak lesi
  • dalam sisi yang simetris atau tidak?
  • apakah ada tanda lain? (bernanah, berdarah,nyeri)
  • sudah pernah diperiksakan? Kemana? diberi obat apa? bagaimana hasilnya? apa diagnosis dokter sebelumnya?
  • pernah muncul hal/keluhan/lesi yang sama sebelumnya?
3. PDH (Riwayat Penyakit Gigi selain yang dikeluhkan)
  • apakah pernah dilakukan tindakan pencabutan?
  • apakah pernah dilakukan tindakan penambalan?
  • pernah scalling?
  • apakah pernah ada komplikasi selama perawatan? --> bisa dipakai untuk menentukan rencana perawatan
4. PMH (Riwayat Penyakit Umum)
  • mohon maaf bapak/ibu/tante apakah pernah menderita penyakit sistemik? seperti hipertensi, dm, jantung? dalam waktu?
  • apakah pernah dirawat di RS?
  • adakah obat yang diminum dalam jangka waktu yang panjang?
  • apakah ada alergi obat/makanan tertentu?
  • apakah pernah menerima transfusi darah?
  • Biasanya kadar gula dalam darah ibuk berapa? sudah pernah diperiksakan?
  • bagi penderita yg dicurigai DM dan tidak mengakui/tidak tahu, bisa ditanyakan: maaf biasanya sewaktu malam pergi ke kamar mandi berapa kali? sering tiba tiba haus/lapar?. Ciri ciri DM ada tripoli (polifagi,poliuri,polidipsi)
  • selalu gunakan bahasa yang sopan, baik dan benar.
5. FH (Riwayat kesehatan keluarga)
  • bagaimana kesehatan gigi dan mulut ayah/ibu? pernah sakit sistemik? ex DM, hipertensi
  • bagaimana kesehatan umum ayah/ibu? pernah sakit sistemik?
  • dilarang/forbidden menanyakan Bapak/tante/mbak ada penyakit keturunan? it should be ban.. haha
6. SH (Lingkungan)
  • bagaimana kondisi tempat tinggalnya? dekat dengan TPA? Pabrik? bantaran sungai?
  • memiliki kebiasaan merokok/alkohol?
  • apakah penggunaan sikat gigi bersama-sama?
Pemeriksaan Ekstra Oral
  • pipi : simetris tidak
  • muka : simetris tidak
  • bibir : bengkak/lesi?
  • pinggir rahang : bengkak?
  • kelenjar limfatik : teraba sakit/bengkak?
Pemeriksaan OHI-S
Penetapan DD (diferential diagnosis)
Treatment Planning
Prognosis

Senin, 16 Juni 2014

PENDAFTARAN PPA FKG UMS 2014

PENDAFTARAN PPA FKG 2014 TELAH DIBUKA
MULAI 17 JUNI-24 JULI 2014

Waktu            : 08.00-14.00
Tempat           : Kampus FKG UMS.
                        Jl. Kebangkitan Nasional No. 101. Penumping. Surakarta (Belakang Solo Grand Mall)
Syarat Pendaftaran
1. Memakai pakaian rapi dan syar'i.
    Laki-laki: kemeja, celana kain, bersepatu.
    Perempuan: kemeja, rok panjang, berjilbab, tidak transparan, bersepatu.
2. Membawa foto copy KTM Sementara 2 lembar.
3. Membawa foto copy KTP 2 lembar.
4. Membawa foto 4x6 sebanyak 5 lembar.
    Laki-laki : background warna merah.
    Perempuan: backgroun warna biru (berjilbab)
5. Membawa alat tulis.

BEM FKG UMS
CP:  (089680373163) / (085722204090)
   @BEMFKGUMS

               BEM FKG UMS

Kamis, 10 April 2014

Kami Mengabdi, Kami Berbagi, Senyumku Sehatku

Assalamualaikum Wr. Wb.

Kesehatan gigi dan mulut dimasyarakat Indonesia dewasa ini, masih tergolong rendah. Kesadaran mereka untuk sekedar memeriksakan ke dokter gigi selama enam bulan sekali masih belum dilaksanakan. Tidak hanya itu, jadwal sikat gigi teratur setelah sarapan dan sebelum tidur pun belum terlaksana secara sempurna, wlaupun banyak sekali iklan produk pasta maupun sikat gigi yang mempersentasikannya.

Nah, kami mahasiswa FKG UMS berusaha untuk memberikan pengetahuan yang berharga bagi masyarakat tentang arti pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Bagiamana cara mencegah berbagai macam penyakit yang menyerang gigi dan mulut,apa saja makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi, cara menyikat gigi yang baik dan benar dan beberapa pengetahuan tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut. Dengan cara mengadakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, mulai dari anak-anak usia dini (PAUD/TK) sampai kepada masyarakat sekitar.

Beberapa pengalaman yang telah kami dapat adalah,
1. memberikan penyuluhan di sebuah TK di Boyolali




2. Tiga SD di Laweyan

3. Di sebuah desa di Boyolali
4. bakti Sosial di Sambung Macan Sragen


Serta masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang kami lakukan. Apabila teman-teman ingin memberikan hal yang serupa kami BEM FKG UMS siap membantu dalam pelaksanannya. Karena kami mengabdi, kami berbagi demi senyum sehat Indonesia. :)
Alamat:
BEM FKG UMS
Jl. Kebangkitan Nasional no 101
Penumping, Laweyan, Surakarta
fb: HMP KG UMS
twitter :  BEMFKGUMS
website: HMP KG UMS

Kamis, 27 Maret 2014

Retakan-Retakan Persahabatan

Saya pernah memberikan gambaran seberapa besar persahabatan yang saya lalui bersama teman-teman di sini. Tak akan pernah menyangka bertemu orang-orang hebat seperti mereka. Memiliki sejuta pengalaman seru bersamanya. Saling curhat-curhatan, mendengar apa yang mereka keluhkan, mereka mendengar apa yang saya keluhkan. Lengkaplah sudah. Di sini saya sebagai anak rantau, yang tidak mempunyai siapa-siapa. Karena mereka-lah saya betah berada di sini, tak merasa sendirian. Mereka adalah pengingat dikala futur. Penyemangat hati pabila sedang gundah galau gulana.

Pertanyaannya adalah, bisakah hal-hal itu abadi? Bisakah semua kegiatan yang kita lakukan ini bersifat membahagiakan? Ada nggak sih mudharatnya? Ada nggak sih cek-cok antar teman. Mari kita bahas tentang masalah ini.

Tidak dipungkiri, saya pernah beberapa kali marahan sama sahabat sendiri. Dari masalah sepele, yang sebenarnya aku pun tak tahu apa sebabnya, sampai kekhilafanku sendiri. Semua telah saya lewati dengan baik. Dengan diiringi sikap dan sifat baru yang membuat saya lebih baik dan lebih berhati-hati menghadapi teman-teman yang beragam sifatnya.

Sebenarnya saya selalu ingin punya teman seperti di sinetron/film. Mereka bersahabat dari kecil sampai dewasa bahkan sampai usia lanjut. Nah, persahabatan seperti ini yang sebenarnya saya inginkan. Namun, kenapa belum terwujud? Masalahnya adalah, yang pertama saya SD di sebuah desa nan indah di mana sebuah istana megah tinggal. Saya memiliki beberapa sahabat. Kala itu saya juga pernah marahan sama beberapa teman dengan alasan saya dijauhi adalah karena saya tidak mau memberikan dia contekan. zzzz... alay tenan.. Itulah masa kanak-kanak zaman dulu.

Nah, masuk SMP, aku harus berpisah dengan mereka, dikarenakan aku harus merantau ke kabupaten sebelah untuk melanjutkan sekolah. Dikarenakan ada beberapa hal yang nggak seru dan nggak asyik kalau saya masuk di SMP deket rumah. maka, sampailah saya disebuah sekolah berstandar nasional yang sekarang menjadi bertaraf internasional dan menjadi sekolah biasa. :D Espero tercinta. 
Masa-masa ini aku menemukan lagi beberapa sahabat kece nan cantik jelita. Sejenak melupakan teman-teman SD yang lama tak bersua kembali karena terpisah jarak.  Lagipula rumah saya jauh dari rumah sahabat-sahabat kala SD.

Di kerajaan espero, saya pernah sempat dijauhi dan marahan sama salah dua diantara mereka. Dengan keteguhan hati, saya mencoba memperbaiki semuanya. Hasilnya, kami baik-baik saja sampai sekarang. :) Hal yang paling aku benci adalah dijauhi teman, apalagi sahabat sendiri. Itu lebih menyiksa daripada cinta bertepuk sebelah tangan. Seriusan. Bisa membandingkan karena saya pernah mengalami sendiri. Cinta bertepuk sebelah tangan itu galaunya cuman sehari dua hari. Dijauhin teman itu galaunya setiap waktu, sampai akhirnya baikan lagi. Bener, nggak bohong. 

Kami baik-baik saja, merencanakan satu SMA bersama-sama. Merajut kembali asa yang telah kita usung bersama. Awalnya kita satu visi, pergi ke smansa yang ada di kota yang berslogan Bangkit ini. Belum ada perubahan setelah aku tahu ada pengalaman yang jauh lebih menantang di luar kota Bangkit ini. Aku menjadi galau. Masak harus pindah lagi? Masak harus pindah sahabat lagi? Dengan berbagai macam pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk menjalani kehidupan baru. Meninggalkan semua sahabat-sahabat espero yang sudah menemaniku selama tiga tahun. Sedihnya adalah harus memulai dari awal lagi sebuah pertemanan yang akan saya jalani selama tiga tahun ke depan.

Masa-masa SMA, tidak seburuk seperti yang pernah saya bayangkan saat masih SMP. Justru saya bertemu sahabat-sahabat yang semakin beragam. Karakter mereka menjadi pelajaran yang sangat berharga. Sahabat-sahabat penari, grup terkeren dengan kerjasama yang solid. Saya mendapatkan sahabat yang mampu mewarnai hari-hari menjadi indah.

Beberapa dari mereka, sahabat SMA bahkan sampai sekarang masih berada di dekatku. Merajut impian di kota orang, bersama-sama. Memang dari teman SD sampai kuliah sekarang, kami masih sering ketemu, sms-an dan berkomunikasi lewat jejaring sosial lainnya.

Sekarang, saya menemukan lagi contoh keretakan persahabatan kembali. Namun, bukan dari saya kali ini. Ada seorang sahabat, yang sekarang sedang dekat dengan saya dan sahabat saya. Sebenarnya memang tidak masalah, kita dekat, kita main, kita makan dengan siapa saja. Yang tidak biasa dan menjadi masalah adalah, seorang sahabat ini seperti meninggalkan sahabatnya yang lain dan datang pada kami. 

Tidak salah memang, sahabat ini bercerita semua alasannya. Bagaimana di berada dalam komunitas di yang biasanya seperti apa. Kemudian kenapa sekarang dia lebih memilih bermain dengan kami. Sahabat ini bilang, ia sedang berada di dalam titik jenuh pertemanan.

Bermacam-macam suku budaya ada di kampus kami. Sifat beberapa manusia sangat bertolak belakang. Tergantung bagaimana kita menyikapi semua sikap dari mereka. Gunanya sahabat itu apa to? Jadi supir? Jadi bodyguard? Nggak kan. Mereka datang, diutus oleh Alloh untuk menemani kita, mendengarkan cerita kita, mengingatkan kita dari segala perbuatan buruk. Ia adalah kontrol sosial bagi kita.

Nah, bagaimana menyikapi apabila terjadi ketidaksamaan pendapat?
Jangan buru-buru membantah, pikirkan dulu, benar nggak sih apa yang dibicarakan oleh sahabat kita? kalau kalian tahu sahabat kalian itu keras kepala, jangan sekali-kali kalian bantah dengan penuh dan kalian patahkan begitu saja argumennya. Balas dengan perlahan, berikan penjelasan yang ilmiah kepadanya. Kita harus bisa mengimbangi dia.

Kalau kita merasa tidak dihargai dan merasa 'kenapa dia nggak mengerti aku' gimana?
Nah, ini yang sering dilakukan. Bagaimana kalian mau dimengerti, kalian nggak pernah bilang mau kalian apa. Seharusnya apabila sebuah persahabatan telah terjalin, saling terbuka dan mengemukakan pendapat adalah hal yang biasa dan wajib dilakukan. Katakan, jelaskan keinginan kalian kepada sahabat-sahabat kalian. Jangan merasa tertindas, selalu di kekang oleh sahabat kalian. Apa gunanya persahabatan kalau seperti itu. Yakinlah, sahabat kalian akan mengerti dan welcome terhadap permintaan kalian. 

Jangan ada gengsi-gengsian!
Sering-seringlah bilang minta maaf kalau salah, dan minta tolong kalau butuh bantuan. Hal ini akan menjadikan persahabatan kalian lebih indah. Sahabat kalian akan merasa dihargai dan dihormati. Apabila kalian merasa salah, langsung aja dekati dia, minta maaf ke dia, jangan sampai masalah terus berlarut-larut lama. Ini adalah masalah klasik perempuan. Suka melarut-larutkan masalah dan tidak bisa membuatnya menjadi simpel.



Yuk ! Hang Out bareng !
Sangat bermanfaat sekali obat ini. Dengan keluar dari persembunyian kalian, siapa tahu ada inspirasi segar yang masuk kemudian segala perasaan tidak enak itu akan hilang seketika. Jagalah waktu main bareng dengan sahabat. Pekalah terhadap  mood sahabat anda. Dia lagi enak hati diajakin keluar nggak sih? Tawarin aja dulu. Yakinkan kalau keluar bersama tidak akan membuat dirinya lebih kesepian dan lebih merana. Keluar bersama mingkatkan kualitas pertemuan dengan sahabat, sehingga kita bisa lebih mengenal bagaimana sebenarnya sahabat kita ini.

Mungkin ini sedikit pengalaman persahabatan saya dalam bab retakan-retakan persahabatan. Semoga bisa bermanfaat dan menjadikan persahabatan diseluruh dunia menjadi indah untuk dijalani dan dikenang. :) Bukankah marahan lebih dari tiga hari itu dilarang? :)




Rabu, 05 Februari 2014

Kisah Untuk Sang Putri episode 1 - another secret admirer story

Dia datang. Benar dia sudah datang. Tak biasanya dia datang jam segini. Biasanya sepuluh menit lebih lama dari pada ini. Ah untunglah aku sudah ada di sini sejak tadi. Jadi aku bisa bebas memperhatikannya. Dari jauh. Hanya ini yang bisa aku lakukan. Ya mau ngapain lagi, toh dia juga tidak mengenalku. Siapa aku. Aku hanya laki-laki biasa yang tidak ada apa-apanya dibandingkan sang putri.
Ia telah memasuki sanggar. Sudah beberapa minggu ini aku mengetahui bahwa dia setiap hari Rabu dan Jumat mengikuti unit kegiatan mahasiswa tari di kampus. Aku bisa tahu karena ada temanku -lumayan dekat dengannya- yang juga ikut UKM tari. Dia dengan senang hati memberiku kabar ini, jadi aku bisa melihatnya sebentar sebelum masuk ke kantor majalah kampus yang aku ikuti. Kebetulan di hari yang sama ada jadwal ngantor untuk mengumpulkan artikel ataupun rapat rutin di kantor.
Aku keluar dari persembunyian, menutup buku –biasa aku gunakan untuk pengalihan perhatian jika diketahui orang-. Kemudian berjalan menuju kantor yang berjarak satu koridor dari UKM tari. Dengan semangat pastinya. Sudah mendapat suplemen.
“Obiet!”  panggil seseorang sesampainya di pintu kantor.
“Hey Syad,” sapaku.
“Aku nungguin kamu, nggak datang-datang. Ini anak-anak sudah pada ngumpulin artikelnya ke aku. Tinggal tugasmu sebagai editor untuk bekerja. Ohya jangan lupa cerbungnya jangan panjang-panjang. Kemaren pimrednya marah, gara-gara kelebihan satu halaman. Kamu ini kalau bikin cerbung mbok ya jangan panjang-panjang,” jelas Irsyad panjang lebar.
“Hehe... maaf tadi ada urusan sebentar. Ohya? Kayaknya sudah cukup 700 kata deh. Kenapa bisa kelebihan?”
“Mana kutahu. Itu majalahnya masih di ruang komputer. belum didistribusikan. Kata si Agni besok aja dibagiin ke anak-anak.”
Aku mengangguk-angguk. “Oke.”
“Ohya, ini yang belum ngumpulin Bagas, Difa sama Rafli. Sms mereka. Biar majalah terbitnya nggak mundur kayak kemarin.”
“Siap bos!”
Setelah Irsyad pamit, aku segera ke ruang komputer dan mengambil satu majalah. Kucari cerbungku di sana. Wah, aku salah memasukkan cerbung rupanya. Memang yang ku buat bener 700 kata tapi malah yang aku kumpulkan yang belum aku edit, mana isinya kurang memuaskan. Tapi ya gimana sudah terlanjur cetak. Ya sudah lanjut aja episode 5nya.
source: google
Aku selalu senang melihat wajah lembutnya. Aku ingin memasuki dunianya. Dunia yang membuatnya nyaman. Namun, aku takut. Bilamana aku memasuki dunia itu, akankah dia bertambah nyaman atau dia akan berpindah ke zona yang lain. Aku sangat takut. Aku memang pengecut. Sampai kapan aku hanya bisa menjadi pengagum rahasia. Aku tidak tahu. Karena zona ini juga sudah nyaman buatku, aku merasa tidak perlu bergerak lebih jauh lagi.
Sudah cukup 700 kata yang mewakili sebagian dari perasaanku. Entah sang putri membaca kolom cerbung yang aku buat ini atau tidak. Aku tidak punya cukup mata-mata untuk ini. Biarlah. Toh aku tidak mengharapkannya secara berlabihan. Ada yang pernah bilang, jangan terlalu mencintai sesuatu. Kelak kamu tidak akan pernah tahu apa yang terjadi dengan perasaan itu. Biarlah rasa itu mengalir apa adanya seiring berjalannya waktu. Entah dia akan memudar atau akan tetap bertahan. Tunggu sampai saat yang tepat untuk memetiknya.
Kemudian aku tenggelam dalam lautan tulisan teman-teman yang harus segera kuedit.
***  
Kemarin aku baru saja diterima di sebuah mini market. Part time ini aku ambil karena aku ingin membeli gadget baru yang beberapa bulan ini nangkring di etalase toko sebelah kost. Seakan-akan dia berteriak memanggil-manggilku mesra. Ah, jaman sekarang semua serba canggih memang. Apa salahnya juga menambah pengalaman kerja part time, siapa tahu nanti lebihnya bisa ditabung untuk keperluan yang lain. Lagi pula aku sudah berjanji pada Ayah kalau pekerjaanku ini tak akan mengganggu kuliah. Kebetulan ada kekosongan pegawai untuk enam bulan ke depan. 

Hari ini ada training dulu dari senior-senior Mickey market –nama mini market tempat aku bekerja-. Aku mengerti dengan cepat apa-apa saja yang harus aku lakukan. Jam kerjaku jam 3 sore sampai jam 9 malam setiap hari Senin sampai Rabu. Semoga kali ini berkah.
Hari hari berikutnya terasa mudah dan sudah biasa. Hari ini banyak sekali pembeli. Ah iya benar, ini awal bulan. Ya pastilah rame, orang-orang pada belanja bulanan. Satu persatu pelanggan mengantri membayar. Mataku semakin ijo ngeliat duit banyak di depan mataku. Kemudian jari-jari lentik itu menyodorkan keranjang belanjaan. Siapa gerangan pemilik jemari cantik ini? Terdengar jelas lagu di sound sistem mini market sedang memutar ost Laskar Pelangi yang jari-jari cantik. Kenapa bisa pas begini. 
Profesional bro profesional, aku meneriaki mataku.
"Ada kartu pelang...gannya.." suaraku tersendat di tenggerokan. Lihat siapa yang ada di depanku.
Ia memberikanku sebuah kartu pelanggan Mickey Market sembari tersenyum. Gila, apakah ini takdir? A fate? Neila, sang putri cantik, tidak kurang 1 meter ada di depanku. Aduh, ini jantung mana bersisik banget pula. Dag dig dug nya sampai ke telinga. 
Profsional Biet, profesional. Aku kemudian menutup mulut sesegera mungkin, karena tadi hampis menganga beberapa detik. Kemudian menghitung semua belanjaan putri cantikku ini.
"Tiga puluh enam ribu tiga ratus rupiah mbak," oke aku berhasil menyembunyikan kegugupanku. 
Ia mengambil uang di dompet. Lama, lumayan lah, bisa sedikit curi curi pandang. Kemudian ia menyodorkan uang, pas sebesar apa yang aku bilang tadi. Aku menerimanya dengan senang hati.
"Ini mbak, belanjaannya, terima kasih sudah belanja," kataku kemudian sok manis.
"Mas.."
Dia ngomong sama aku, iya dia manggil aku. "Iya mbak," jawabku sambil tersenyum seganteng mungkin.
"Kartu pelanggannya bisa saya ambil?" tanyanya dengan polos.
Deg. Pyaarrr..... Ah, iya lupa, aduh padahal udah berusaha nggak grogo lho.
"Eh iya, ini," aku memberikan kartu pelanggannya.
"Mas baru ya di sini?"
"Eh, iya mbak. Maaf kalau tadi kelupaan, maklum pegawai baru." aku nge-les.
"Bukan masalah itu sih sebenernya, itu cara masang co-card nya salah." Ia mengambil belanjaan dan segera pergi sambil tersenyum.
Eh, aku reflek melihat co-card, emang sih aku nggak nanya cara masang co-card nya gimana. Aduh, bodoh. Eh, tapi dia segitu perhatiannya, sampe tau aku salah pasang co-card. Atau mungkin emang kesalahanku memasang co-card fatal sehingga bisa mudah diketahui. hhhh...
#bersambung