Selasa, 15 Desember 2015

Tempat Impian yang Sudah Masuk Album Foto (Part 1)

Sebelumnya aku pernah posting di blog ini tentang tempat-tempat mana saja yang ingin aku kunjungi dan sebagai objek foto tentunya. Dan kemudian satu persatu telah tercapai, ada dua sih yang sudah tercapai dan hanya ingin share pengalaman di sini.. karena lupa dulu nggak d post yang pertama, sekalian aja dua tempat yang aku perkenalkan...

Pertama adalah hutan pinus. Entah bagaimana ceritanya aku jatuh cinta dengan pemandangan yang ada di sekitar hutan pinus. Pinus merkusii (Pinus) adalah salah satu tanaman monokotil yang mempunyai ciri khas dengan daunnya yang memipih seperti jarum dan berkelompok atau berupa sisik. Strobilus jantan dan strobilus betina dalam satu pohon, mempunyai ukuran strobilus jantan lebih kecil dibandingkan dengan strobilus betina (berkayu), terletak aksilaris. Pohon berkayu (woods), strobilus bentuk conus. (http://devi-alvitasari.blogspot.co.id/2013/07/identifikasi-tanaman-pinus-merkusii.html). 

Satu-satunya tempat di Solo yang memamerkan keindahan pinus adalah di hutan sekitar Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah sekitar 1,5 jam ke timur Solo. Kebetulan beberapa kali (tak terhitung) bisa mengunjungi Tawanmangu. Mulai dari rekreasi hingga makrab. Memang TW (biasa kita menyingkatnya) menjadi tempat favorit untuk tempat makrab, LDK, latdas dan semacamnya bagi mahasiswa yang tinggal di Solo. Selain adem, asyik, pemandangan dan wisatanya banyak sekali. Kebun stroberry, kebun teh, kebun selada (favorit banget), kebun wortel dll... Grojogan sewu dan sederet grojogan yang lain.. Candi cetho yang eksotis.

Beberapa kali nemu hutan pinus, tp tidak begitu lebat.. Kemudian ada kesempatan lagi ke sana bersama sahabat-sahabat kece Fenni dan Dhani. Nemulah sepetak hutan pinus yang bagus buat foto. Ini foto jepret-jepret pake kameranya si fen-fen.. waktu jaman masih kurus, masih imut, masih jahiliyah :D



Walaupun tempatnya sederhana, tapi sudah cukup puas untuk mewujudkan salah satu list tempat yang ingin aku kunjungi. Masih pengen eksplore lagi tempat tempat yang kece, nanti bersama partner hidup. Biar ga sendirian, kan nggak boleh akhwat jalan-jalan sendirian tanpa ditemani mahramnya. 

dan kalo ke TW ska banget ngumpulin buah pinus, eh buah, bunga atau apa ya ini namanya



Untuk tempat yang kedua, sebenernya nggak terduga-duga. Mumpung ada kesempatan, menahan malu, digojloki anak-anak kampus. Ceritanya ada dies natalis FKG UMS yang ke-5. Nah, BEM ngadain lomba voli yang diadakan di lapangan voli pesma Mas Mansyur UMS. 

Nyampe sana malah salah fokus. Lapangan segede itu ternyata banyak d tumbuhi ilalang. Wahaha... mangsa nih buat hunting foto... Sedikit malu-malu ndeketin anak dokumentasi, minta tolong jadi fotografer haha... Sepik-sepik berhasil, dan aku serta Maika berhasil mengambil beberapa foto yang lumayan lah... Foto saat sudah berisi makmur, :D



















next list >>> taman bunga krisan (entah dimana), bunga sakura, Ka'bah di Mecca!!!

Senin, 28 September 2015

Zuhada Malam



Uhuyy kembali lagi bersama penulis abal-abal disini, masih di zyaFM wkkk... Ide cerita ini berawal dari percakapan santai saat makan siang bersama sejawat. Terinspirasi dari film dan video clip tentang cinta positif yang sedang tenar di dunia maya, penulis nggak mau kalah dong, hhihihi.. semoga menghibur hati yang gundah gulana. Saran aja sih, pas baca dengerin lagu-lagunya Teladan Cinta , ( atau langsung klik lagu yg ada di samping kanan blog ini ) dijamin tambah baper hihi :P
Monggo dinikmati


Teriknya matahari sudah semakin menyengat! Dunia ini semakin panas. Entah berapa lama lagi musim kemarau ini bertahan. Setetes hujan sedang dinanti oleh manusia. Baik itu penikmat hujan sejati maupun yang benci hujan sekalipun. Adin -termasuk salah satu pembenci hujan- sedang mengutuki matahari. Sedari tadi ia tak berhenti mengomel. Dan untuk pertama kalinya ia berharap hujan segera turun. 
"Ataghfirullah... berapa lama lagi kita harus mondar-mandir kepanasan ya Ko? Panas banget," keluh Adin.
"Sampai ini beres lah Din. Kita harus segera acc-in nih pasien PSA," jawab Koko.
"Lagian, kenapa dosennya nggak stay di sini aja sih, kita harus bolak-balik manggil beliau ke gedung B. Ditambah lagi harus bolak-balik rontgen karena pengisian guta-nya nggak hermetis."
Si pasien hanya duduk diam pasrah dikursi rontgen.
"Yaudah sih, sabar aja, lha gimana lagi, ini juga salah kita nih, gagal mulu dari tadi. Kamu jangan ngeluh terus, lebih baik berdoa sana sama Allah, bukannya ngeluh terus. Nih cepetan pejet remotenya udah aku pasang," kata Koko sambil membenarkan posisi pasien yang akan di rontgen.
Adin segera mengambil remote rontgen sambil ngedumel, "Ya Allah, semoga hujan segera turun, walaupun hambamu ini nggak suka hujan, tapi untuk kali ini hamba memohon untuk segera datangkan musim hujan ya Allah."
"Hoeh, berdoa itu dimushola jangan di..." 
Belum sempat Koko meneruskan, seseorang membuka pintu ruang rontgen.
"Kalian udah selesai? Nanti aku mau pinjem ruangannya ya?" suaranya yang lembut terdengar merdu ditelinga. 
"Oh, bentar lagi Rin, ini tinggal punya Adin doang," jawab Koko.
"Oke, kabarin ya!"
"Sip!" Koko beralih ke Adin. "Udah kamu pencet belum tombolnya?"
Si Adin malah asik melihat ke arah pintu, masih sambil senyum-senyum.
"Wooy! Adin!"
"Eh eh.. kok tiba-tiba langsung adem gitu ya Ko? Apa hujan udah turun?"
"Tjh.. kau ini, iya hujan meteor nanti menyerbu kita kalo ini nggak segera selesai!"
"Hehehe... iya ini aku pencet."
Mereka menyelesaikan pekerjaan dengan segera, sedari tadi muka si pasien sudah kucel kumel diajak mondar-mandir ke ruang rontgen.
Diperjalanan menuju gedung B, Adin masih tidak fokus. 
"Ko, sepertinya aku jatuh cinta sama Rinda."
"He? Hahaha... Kamu? Seorang ustadz Adin jatuh cinta?"
"Ustadz? Aamiin lah. Kau ini. Aku juga manusia biasa kali Ko."
"Ya kamu pasti paham lah, kalo lagi suka sama sesorang, dekati pemilik dan penciptanya. Biar direstui. Di doain tiap malem. Jangan dipacarin!"

----
Adin masih terngiang-ngiang kata-kata dari Koko. 
"Dekati penciptanya, doain tiap malem. Oke siap, bismillah..." gumamnya saat terbangun di sepertiga malam.

https://adewinano.files.wordpress.com/2013/04/
source: adewinano.wordpress.com
Air di malam ini sangat menyejukkan. Suara-suara ayam mulai berkotek terdengar sayup dikejauhan. Pertanda malaikat-malaikat turun kebumi untuk menyapa manusia dari jarak dekat. Waktu sepertiga malam adalah waktu yang pas untuk memanjatkan doa-doa yang kita inginkan. Doa-doa itu akan melesat seperti busur panah tepat ke sasaran. 
---
Beberapa minggu berlalu, pikiran Adin sudah mulai terlalihkan ke kesibukan-kesibukan koas. Walaupun terkadang masih sering curi-curi pandang ke Rinda. Sesekali ia terhasut bujuk rayu setan untuk mengajak Rinda chatingan. Kokolah yang selalu mengingatkan kekhilafan Adin.
"Inget Din, setan ada dimana-mana. Dia itu pinter. Walaupun kamu menganggap obrolan santai itu biasa aja, tapi beda Din. Obrolan santai dengan orang yang kita sukai nantinya akan semakin menguatkan nafsu kita untuk memilikinya. Ya kalo kita udah siap Din, kan kita masih berjuang begini, belum punya penghasilan juga, masih minta sama orang tua," nasihat Koko disuatu sore.
"Bagaimana kalo rasa rindu itu tak bisa dibendung Ko? Semakin dalam."
"Puasa Din. Ya kalo sudah siap, saat si rindu datang segera hubungi penghulu! Hahaha...."

Doa-doanya untuk Rinda tak pernah berhenti terpanjatkan. Ia sangat berusaha menjaga hati. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Diwaktu luangnya menunggu pasien, dibukalah Al-Quran yang selalu menemani. Diwaktu liburnya ia sibuk menjadi volunteer di sebuah organisasi sosial. Ia tak ingin rasa cintanya kepada Rinda membuyarkan konsentrasinya disemua hal. Dengan dukungan penuh dari Koko ia terus bersemangat memperbaiki diri untuk Rinda. Ia percaya Sang Pengendali Hati akan segera mengabulkan doanya. Apalagi hari ujian akhir semakin dekat. Ia harus ekstra berusaha membagi pikiran. 

Restu orang tua untuk mengerjakan ujian kompetensi sudah dikantongi. Adin, Koko serta sejawat yang lain siap untuk berperang dengan ratusan soal yang akan ia hadapi. Selesai ujian ini masih ada ujian-ujian lain yang juga menunggu mereka untuk meraih gelar istimewa itu. Dokter gigi. Doa Adin tak pernah berubah di sepertiga malam. Lulus dan Rinda. Sampai saat pengumuman itu tiba.

"Gimana Ko? Kita lulus nggak?" tanya Adin yang hanya bisa melihat kepala-kepala sejawatnya berebutan melihat papan pengumuman.
Koko keluar dari kerumunan dengan susah payah. "Huft... Sesak nafas nih aku."
"Gimana? Gimana?"
"Mmmm... Alhamduilillah.. LOLOOOOS DIIIN!!!" teriak Koko.
Mereka berdua berpelukan dan sujud syukur. Usaha mereka tidak sia-sia. Selama 6 tahun berjuang bersama di dunia pendidikan ini, hasilnya memuaskan. Doa-doa yang dipanjatkan Adin sepanjang sepertiga malam terkabulkan. Kekuatan busur panah itu sesuai sasaran. Wusssh.... 

Saat mereka sedang asik ngobrol, Rinda datang menemui.
"Hai Din, Ko, gimana haislnya? Kalo dilihat dari ekspresi kalian sih pasti lulus ya?" tanya Rinda.
Adin dan Koko saling pandang. Koko memberi isyarat kepada Adin untuk menjawab pertanyaan dari Rinda. 
"E.. Alhamdulillah kami lulus Rin. Kamu?" terdengar sedikit bergetar suara yang keluar dari mulut Adin.
"Alhamdulillah, oh iya ini ada sesuatu buat kalian," Rinda mengeluarkan dua buah amplop berwarna cokelat dan memberikannya kepada mereka berdua.
"Apa ini Rin?" tanya Koko.
Adin yang sudah semangat membuka, ekspresinya berubah seketika. 
"Apa sih Din?" Koko ikut-ikutan membuka amplop cokelat itu. "Loh Rinda?"
Rinda menjawab dengan senyum manis, "Iya, dua minggu lagi akad nikahnya, doain ya Ko, Din. Jangan lupa dateng bareng-bareng teman-teman ke rumah."
Koko tersenyum paksa sambil mengangguk. Kemudian ia melirik Adin yang masih membeku membaca isi amplop. "Din! Din!" Koko menyenggol Adin.
"Eh... ee.. selamat ya Rin!" kata Adin dengan mulut bergetar.
"Makasih ya Din. Jangan lupa lho dicatat di agenda kalian. Semangat-semangat buat internshipnya bulan depan!" Rinda meninggalkan dua cowok ini dengan gembira. Sedangkan yang ditinggalkan sudah mirip kambing yang mau dikurbankan. Pucat.
"Din, sabar ya Din..." Koko pelan memeluk Adin.

Mereka masih disofa depan papan pengumuman. Kaki Adin terlalu lemas untuk beranjak. Ia masih sibuk mengembalikan kesadarannya ke tempat semula.

"Ko, aku tahu, kebahagiaan diciptakan beriringan dengan kesedihan. Tapi kenapa harus seperti ini Ko. Aku udah seneng-seneng bersyukur, salah satu doaku di sepertiga malam selama ini dikabulkan, dan ada titik pencerahan untuk doa yang satunya lagi. Dan jawabannya lain Ko."
"Mmm... Begini Din, kau juga pasti sudah paham betul, tidak semua doa yang kita panjatkan, keinginan yang kita usahakan itu baik di mata Allah. Mungkin memang Rinda bukan berjodoh denganmu."
"Tapi Ko, aku udah berusah berdoa selama ini. Bangun tiap sepertiga malam, menyebut namanya disetiap sujudku. Aku udah berusaha tidak mengikuti hawa nafsuku untuk mendekatinya sebelum halal. Aku sudah melakukan semuanya Ko."
"Iya aku tahu Din, aku adalah saksi hidupmu untuk perjuanganmu. Coba untuk menerimanya ya, mungkin dia bukan jodohmu. Dan mungkin kuatnya doa jodohmu yang lain disana entah dimana itu kuat banget, lebih kuat daripada doamu kepada Rinda, dan mungkin ia lebih baik daripada Rinda. Tenang-tenang, jangan putus asa. Dan satu lagi, setidaknya penantianmu untuk menunggu kesiapanmu melamar Rinda nggak sia-sia. Dalam penantian ini kamu sibuk belajar, mengerjakan pasien, jadi volunteer di organisasi sosial, mengisi kajian di kampus, dan seabrek kegiatanmu yang lain."
Adin masih diam terlarut dalam kesedihan.
"Gini nih Din, pencapaianmu ini, lulus ujian yang sulitnya subhanallah itu, keren banget! Usahamu selama ini tak perlu disesali. Biarlah masalah atau bisa dibilang ujian hidup ini berlalu. Jangan sedih berlarut-larut. Nggak baik bagi psikologismu. Masih ada noh internship yang harus dihadapi. Masih ada dunia kerja yang harus dicari keberadaanya. Oke? Semangat dong calon penghuni surga! Yuk berdiri! Tatap hari esok dengan semangat baru!"
Koko menarik tangan Adin dan memeluknya. "Oke Zuhadaku, mari tetap taklukkan sepertiga malam yang indah itu!"
---
Hari ini hari ke 125 setelah kejadian patah hatinya Adin. Ia memutuskan untk melupakan apa yang ia alami beberapa bulan yang lalu. Sekarang ia sibuk membantu kebutuhan kesehatan gigi dan mulut disalah satu puskesmas. Satu bulan sekali ia pulang ke rumah, beruntung ia mendapatkan jatah internship di Jawa, jadi tidak terlalu jauh dari rumah. Hari ini adalah jadwal dia pulang.

Perjalanan menuju rumah sangat memakan tenaga dan waktu. Ia harus tiga kali berganti kendaraan umum untuk sampai ke rumah. Bus-nya telah berhenti di tempat transitnya yang kedua. Sayangnya mendung sedari tadi pagi benar-benar mengisyaratkan langit untuk menurunkan hujan. Saat Adin turun dari bus, saat itu juga ribuan air hujan jatuh membasahi jalanan. Adin yang sejak dulu memang tidak menyukai hujan, memilih segera mencari tempat berteduh. Emperan toko yang sudah tutup menjadi tujuannya.

Ada satu tempat duduk di situ yang kosong, saat ia hendak mengambil kursi plastik itu, ada tangan lain yang juga ingin mengambilnya. Adin menoleh ke empunya tangan. Setelah ia melihat seorang gadis berkerudung biru langit itu terlihat kelelahan ia mempersilahkan kursi itu diambilnya.
"Silahkan mbak dipakai saja."
"Beneran mas ndak papa?"
"Iya ndak papa."
"Makasih mas."
Mereka kemudian berbincang-bincang ringan diiringi alunan musik alami dari tetesan hujan.
Sebuah bus datang dari arah timur. Gadis berkerundung biru itu beranjak pamit.
"Eh tapi masih hujan deras itu mbak!" kata Adin.
"Ndak papa mas, daripada ketinggalan bus saya. Lagian hujan itu berkah dari langit lho mas, jadi dinikmati saja."
Gadis itu tersenyum meninggalkan Adin yang masih galau enggan beranjak menerjang hujan. Bus yang akan ditumpangi gadis itu juga bus tujuan akhir Adin.
"Masak iya aku kalah dengan gadis itu, lagipula hujan adalah berkah dari Allah," akhirnya Adin memutuskan untuk mengejar bus tujuan akhirnya.
"Mbak! Tunggu! Kita pergi sama sama!!!!!"
http://4.bp.blogspot.com/-Urg3bREPF_s/VA9axIhLisI/AAAAAAAAAGw/JGx2pnkmXJs/s1600/
suber: arjoena.com
---------------------------------------------------------
TamaT

Ciye baper ciyee.... Hihihi... Ada kata kata yang susah untuk dicerna? Ini nih kamus mininya:
PSA= Perawatan Saluran Akar, perawatan buat gigi yang sudah mati ataupun yang hampir mati nih gengs, biar giginya bisa berfungsi dengan normal lagi maka dilakukan perawatan ini
Hermetis= salah satu sitilah di dalam perawatan PSA nih, jadi pengisian yang hermetis itu pengisian saluran akar dengan menggunakan bahan hingga padat dan kedap udara gengs, fungsinya supaya si kuman-kuman nakal tidak bisa masuk, mengganggu gigi yang telah dirawat.
Internship= nah kalo yang ini tuh bagi seorang dokter/dokter gigi harus melalui yang namanya intership dulu, pengabdian ke tempat terpencil yang masih minim tenaga kesehatan.




Selasa, 23 Juni 2015

Balada Makanan Ikan

Dia berlari sekencang-kencangnya. Mengabaikan semua panggilan yang terus menerus bergema ditelinga. Dia lelah. Melihat dirinya sendiri saja malas. Lingkaran hitam disekitar mata yang mulai melebar. Style pakaian yang sudah tak beraturan semakin membuatnya seperti anak terlantar yang tak terurus.
     Lembut sentuhan pasir menari-nari di kakinya. Ia memperbaiki kerudung yang terus saja terbang dibawa angin.  Setengah jam bertahan dalam kesendirian. Memandang lautan lepas. Merasakan cipratan air yang dengan sengaja meluncur kearahnya. Namun, angin kembali mengeringkanya. Cipratain air itu datang lagi, kemudian angin kembali datang menghapus. Begitu seterusnya. Sampai ada yang datang dan berkata.
"Kau bilang tidak akan pergi sendirian?" Seorang laki-laki datang dengan memasang wajah prihatin.
"Begini lebih baik Mas," jawabnya sambil terus memandangi karang yang tetap tegar dihantam gelombang laut.
Lelaki yang dipanggil Mas itu duduk disampingnya sambil menghela nafas.
“Mau ngapain disini? Mau jadi ikan asin ya?” tanyanya dengan nada mengejek.
Dia diam sejenak, mengaduk-aduk pasir. “Sepertinya jadi makanan ikan lebih baik.”
Setelah mendengar jawaban itu, Mas berdiri dan menyeretnya menuju ke laut.
“Apa yang Mas lakukan?” Ia terheran-heran melihat tingkah laku Mas.
Mas tak menghiraukan dia yang memberontak. Dengan sekuat tenaga Mas melemparkan anak itu ke laut dengan harapan, apa yang menjadi tujuan anak tersebut tercapai dengan baik.
BYUUURRR
“Semoga menjadi makanan yang baik. SEMANGAAT!!!” katanya kemudian sambil melambaikan tangan.
     Anak itu mencoba berenang kembali ke pantai.
“Kenapa diceburin Mas? Aku kan cuman bercanda... Nggak ditolongin malah dilihatin doang.” Ia tergopoh-gopoh menghampiri Mas yang masih berdiri di tepi pantai.
“Loh? Masih hidup? Huh... Tujuan gagal anak muda...” kata Mas kecewa.
Masih terengah-engah dan disertai batuk-batuk anak itu menjawab. “Uhuk.. Uhuk.. Masih lah. Gak pengen jadi makanan ikan ah, serem kayaknya. Hii...”
“Lalu sebenarnya apa yang sedang kau lakukan di pinggir batu karang tadi? Bosan hidup ya?” tanya Mas yang masih bingung dengan apa tujuan sebenarnya anak yang sekarang sedang menggigil kedinginan itu disini.
Anak itu kembali menatap karang yang masih dengan posisi yang sama, tak terkikis sedikit pun. “Hanya... menikmati kesendirian. Menghindar dari kebisingan kota dan setumpuk tugas-tugas. Rasanya lebih tenang aja.”
Mas terlihat berfikir sejenak lalu berkata, "Itu sih lari dari kenyataan, dalam hidup pasti ada masalah, tapi masalah tersebut lah yang membuat kita hidup. Karena pada dasarnya hidup nggak seru kalau nggak ada cobaannya. Dan hal yang perlu diyakini Ketika kita mengeluh : ‘Berat banget yah, gak sanggup rasanya...’
Allah menjawab : ‘AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupan.’ (QS. Al-Baqarah : 286)
Ketika kita mengeluh : ‘Stressss nih...Panik...’
Allah menjawab : ‘Hanya dengan mengingatku hati akan menjadi tenang’. (QS. Ar-Ro’d :28)
Ketika kita mengeluh : ‘Yaaaahh... ini mah semua bakal sia-sia..’
Allah menjawab : ‘Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya’. (QS. Al-Zalzalah :7)

            Nah dari pada bengong di karang, mending kita bengong sambil mancing jadi bengongnya bermanfaat,” Lalu Mas mengambil tas dan mengeluarkan alat pancing . Kemudia ia memberikannya ke anak tersebut.
Anak itu mengangguk angguk. "Ya, aku mengerti sekarang. Mengerjakan hal-hal yang bermanfaat akan mengurangi beban fikiran. Trima kasih atas nasehatnya." Dia mengambil salah satu alat pancing dari tangan Mas.
            "Tunggu, umpanya mana? eee. , Mas mau jadi umpanya? eh.." katanya kemudian.
Mas mulai melirik licik kearahnya, "Katanya tadi mau jadi makanan ikan...?" Tersadar akan ucapan yang tadi, Ia terdiam dan langsung kabur secepat kilat, Mas tersebut mengejarnya denagan SEMANGAT! Sambil berteriak                    "DIBUTUHKAN UMPAN YANG BESAR UNTUK IKAN YANG BESAR! Dan AKU INGIN IKAN BESAR!!"
“CARI SAJA SENDIRIII!!” Anak itu berteriak sambil terus berlari.


*sebuah karya kolaborasi dg mas Arifurrahman

Rabu, 01 April 2015

SEMINAR KEDOKTERAN GIGI APRIL 2015 FKG UMS

FKG UMS presents
Seminar : Pediatric in Dental Practice
Topik :
1. Drg.Lasmi Dewi, Sp.KGA (Manajemen perawatan pada kedokteran gigi anak)
2. Prof.drg.Iwa Sutardjo Rus Sudarso S.U., Sp.KGA (perawatan interseptif ortodonsi dgn mempertimbangkan biomekanikal ortodonsi pada anak masa tumbuh kembang)
3. Dr.drg.Henry Setyawan Susanto, M.Sc (the importance of choosing the right material for pediatric patients)
4. Dr.drg.Mochamad Fahlevi Rizal, Sp.KGA(K) (Treatment update for pediatric in dental practice)
Hands On
1.Dr.drg. Mochamad Fahlevi Rizal, Sp.KGA(K) --> Perawatan endodontik dan pasca endodonti dengan restorasi adhesive pd anak
2. Dr.drg.Henry Setyawan Susanto, M.Sc --> Aplikasi GlC pada restorasi gigi anak
Sabtu, 18 April 2015 pukul 7.30
Emerald Ballroom Solo Paragon Hotel
Pre Sale (maret-8 april)
Mahasiswa 240k
Dokter/Dokter Spesialis 300k
On the spot
Mahasiswa 260k
Dokter/Dokter Spesialis 350k
Seminar + HO mahasiswa 575k
Seminar + HO dokter/Sp 625k
BER-SKP!!!
Pembayaran
BRI 051101029551502 an/ Tanti Nisa Aulia
MANDIRI 9000018297094 an/mandira dhaksi
CP:
Avi 082221979765
Dhaksi 082325591324

Minggu, 15 Maret 2015

Girls Day Out !!!

Ahaa!!! Akhirnya setelah setahun  rencana ini kami lontarkan, terwujud juga, kemarin Minggu, 8 Maret 2015. Destinasi pertama: Prambanan. Aku, Maika, dan Ama sudah berteman sejak awal pertama masuk kuliah, ya kurang lebih tiga tahun lah ya kita bareng-bareng. Karena kesibukan masing-masing personil, ada yang sibuk skripsi, sibuk kuliah, dan kami semua sibuk di organisasi, nggak pernah dapet waktu yang pas untuk vacation bareng-bareng. 

Nggak pake lama, tanggal ditentukan. Pokoknya harus jadi hari minggu itu! Titik! Jangan sampai rencana ini menjadi wacana kemudian. Sempet dapet ujian sih, posisi aku disuruh pulang sama Ayah, gara-gara ada sodara yang lagi sakit. Namun akhirnya ya aku gak jadi pulang, titip salam aja buat yang lagi sakit ke orang tua. Rencananya juga mas Fachmi, Sekjen PSMKGI ngajakin Ama ketemu di Jogja. Duh tambah masalah lagi kan. Untungnya nggak jadi, diganti lain hari karena suatu hal. Oke alhamdulillah kita jadi pergi! Wacana? Bye!


Kereta sriwedari ekspres mengantarkan kita menuju ke Prambanan. Ah iya cerita lucu sebelumnya adalah. *flashback
Pagi. Setelah shalat subuh aku nggak tidur, sengaja biar bisa bangun tepat waktu untuk beli tiket. Soalnya kalo nggak segera beli, nanti nggak kebagian tempat duduk. Berangkatlah aku dan Maik jam 06.00 pagi buat pesen tiket. Setelah tiket di tangan, kita siap-siap dan baru berangkat dari kost jam 06.50 WIB. Padahal, kereta kita berangkat pukul 07.02 WIB. Wkkkkk.... nekat sangat. Sampai parkiran Ama sudah melambai-lambai bilang keretanya mau berangkat. Untungnya pas kita sampai loket masuk, keretanya baru memarkirkan gerbongnya di stasiun. Alhamdulillah. Segera kita mencari tempat duduk yang tertera di tiket. Perjalanan dimulai. Jug ijag ijug ijag suara sepatu kuda #eh suara kereta api. 

Bahagia banget rasanya, excited banget. Habis lari-lari pula. Dalam perjalanan tidak begitu menarik. Seperti biasa merasa bangga gitu lewat di jalan bebas hambatan, menangan, seneng banget kalau lihat kendaraan berhenti karena  kereta yang aku tumpangi lewat. Huehehehe... *senyum devil

Sesampainya di stasiun Meguwo, kita turun dan menunggu trans Jogja jurusan Prambanan nomor 1B. Kemudian kita turun di sebuah terminal kecil dekat candi Prambanan. Waktu turun dari bus, banyak tukang becak dan kusir delman menawarkan jasa untuk ke depan gerbang Prambanan. Karena kita olahragawan -sebenernya juga pengen irit- jadi kita memutuskan jalan kaki menuju gerbang Prambanan. Lumayan juga, capeknya. 

Pas masuk masih sepi parkirannya. Loket masuk juga cuman beberapa orang. Kami ditawari paket untuk sekalian ke candi Ratu Boko. Kalau tanpa ke candi Ratu Boko haraga tiket masuk candi Prambanan all day 30.000 rupiah. Apabila ditambah ke candi Ratu Boko kita cukup membayar 45.000 rupiah free transportasi ke sana. Soalnya jauh. Kami memutuskan untuk ambil tiket terusan. Destinasi pertama adalah candi Ratu Boko, kami menunggu pemberangkatan elf yang akan mengantar kita. 

Yuhuuuu.... sampai deh ke Ratu Boko, mata kita dimanjakan dengan pemandangan perbukitan di jalan menuju ke sana. 
Pintu masuk candi Ratu Boko #abaikan modelnya

Pas kita mau foto, ternyata kan si hape encik Mai nggak bisa di pake timer. Sedangkan hanya hp dia yang punya kamera depan. Jadi dia harus mengunduh aplikasi kamera yang memiliki timer. Encik khawatir kalau di atas nanti sinyalnya buruk, di tengah tangga sinyal menjadi E. Maka dari itu kita harus menunggu encik selesai mengunduh. Jadinya kita -aku dan Ama- foto-foto dulu deh.
see, encik lagi nyari sinyal buat ngunduh, itu lihat ngga? Kecil kayak upil? wkkk

narsisme LOL
Saat kita sedang asyik berfoto, ada bule Jepang yang minta foto bareng kita. Hihi... disangka artis kali ya. Bodohnya langsung membiarkan mereka -cewek dan cowok bule Jepang- pergi tanpa mengajak foto di kamera HP kita. Yaudah deh ga apa-apa. Toh mereka juga bukan artis. :D

Setelah encik Mai selesai mengunduh, kita siap mengeluarkan senjata pamungkas: TONGSIS si tongkat narsis. Hahaha... 
Beberapa view dari candi Ratu Boko yang bisa kita abadikan.

we felt free






bule Jepang yg ketemu di depan, trus minta foto lagi deh sama mereka. Arigatou! :) mereka baik banget.

Capek ternyata muter-muter candi ini. Lanjuutt ke prambanan naik elf yang seperti tadi. Tenaga kita terkuras abis di Ratu Boko. Jadi di Prambanan cuman jalan sebentar foto-foto trus istirahat. Beberapa oleh-oleh dari Prambanan.
panasnya subhanallah sesuatu
Dzuhur. Kita memutuskan shalat di luar prambanan, Di masjid depan. Mampir bentar di penjual es dawet, kemudian memutuskan makan di Sup Ayam Pak Min deket situ. Perjalanan kita ke pemberhentian bus trans masih jauh di sana, sedangkan matahari nggak mau meredupkan cahanya. Ah, hari itu benar-benar cerah sekali. 
Alhamdulillah kita langsung dapet bus 1B yang mengarah ke stasiun Tugu. Ngantuknya, deket AC sih ya, ditambah capek jalan-jalan dari pagi. Kenyang habis makan siang. Wkkk... Sempurna, dipake buat tidur. 
Di stasiun Tugu kami mengantri panjang untuk beli tiket pulang ke Solo. Adanya tiket jam 16.15 WIB. Waktu itu kita antri jam 14.00 WIB. Jadi deh nunggu dua jam di stasiun. Karena bosan, Ama membeli koran untuk dibaca-baca, aku sibuk mendengarkan lagu dari Hp, encik Mai merebahkan kepalanya ke meja. Hingga pukul 15.00 WIB kita memasuki kereta yang akan kita tumpangi. Gerimis datang tiba-tiba tak diundang. Untungnya kita sudah sampai stasiun. 

Kereta berjalan dengan normal, situasi masih agak kurang nyaman gara-gara pengapnya bukan main. Kami memutuskan untuk mengisi teka teki silang yang ada di koran yang dibeli Ama. Sampai sebuah teriakan menggemparkan seluruh gerbong. Semua berkerumun di sumber suara. Ternyata ada seorang anak kecil yang tangannya kejepit pintu. Kereta kami berhenti di stasiun Klaten. Nah nggak tau gimana kronologi ceritanya, si adhek tiba-tiba kejepit pintu yang sedang membuka. Kasihan... T.T Akhirnya mereka diturunkan di stasiun Klaten untuk diobati. Semoga si adhek baik-baik aja. Kereta berjalan kembali, kami sibuk kembali dengan TTS yang membuat kita heboh sendiri di gerbong itu. hehe... maaf ya para penumpang.
Sekian pengalaman liburan singkat kami menjelajah wisata budaya dan sejarah di Jogja. Semoga bermanfaat, eh apanya juga yang bermanfaat. Semoga menghibur para pembaca deh. Kalau bukan kita yang  mengapresiasi warisan budaya lokal, siapa lagi? Tunggu vacation kami selanjutnya! :)


Senin, 09 Maret 2015

Urusan perasaan, perasaan, dan perasaan by Tere Liye

Saya akhirnya menulis tentang ini, sebenarnya akan lebih baik jika kalian berproses menemukan pemahaman ini, proses yg kelok-kelok, terjaga, penuh kehormatan, selamat tiba di ujungnya. Itu akan lebih spesial, membekas, lantas mengenang semuanya sambil tertawa, ah, dulu ternyata semua itu lucu ya.
Tapi baiklah, karena page sy ini persentase anggota remaja hingga usia 22-nya tinggi sekali, dan jika sy tdk hati2, malah bisa salah paham, ada yg seolah2 mendapatkan pembenaran, maka akan sy rangkum beberapa poin penting urusan perasaan menurut versi tere liye (yg akan kalian jumpai paralel konsepnya dgn di novel, buku2).

1. Jatuh cinta itu manusiawi. Urusan perasaan, urusan membolak-balik hati itu adalah milik Allah. Boleh jatuh cinta? Ya boleh, tidak ada ulama dari mazhab manapun yg melarang jatuh cinta lawan jenis, mengharamkannya. Apalagi, duhai, seperti terjatuh, kita tdk pernah tahu kapan jatuh cinta itu terjadi. Tiba2 perasaan itu sudah mekar tak berbilang.

2. Lantas, kalau kalian jatuh cinta, so what? Nah, ini bagian yg menariknya. Kalian mau menyatakan perasaan itu? Lantas so what? Kalian mau dekat2 dgn seseorang itu? Kalian mau telpon2an, tahu dia sedang apa, apakah bisulnya sudah sembuh, apakah panunya tidak melebar, apakah konstipasinya sudah hilang, sudah bisa ke belakang? Kebanyakan di usia remaja, hingga 20-an something, lantas kemudiannya ini yg tidak jelas. Pacaran? Tidak pacaran? Langsung menikah?

3. Ketahuilah, kita hidup dalam norma2, nilai2, batasan2 yg harus dihormati. Kecuali kalau kalian menolak norma2, nilai2, batasan2 tersebut, silahkan (dan berhenti sudah meneruskan membaca notes ini, karena kalian sudah tdk se-zona waktu lg dgn tulisan ini). Itu benar, memiliki perasaan itu kadang serba salah, makan tak enak, tidur tak enak. Itu benar, ada keinginan utk tahu apakah seseorang itu balik menyukai, keinginan utk bilang, cemas nanti dia digaet orang. Tapi kalau hanya ini argumen kalian, oh dear, orang2 sakau, ngobat, lebih tersiksa lagi saat dipisahkan dr hobinya tersebut. Mereka bisa mencakar2, bahkan melukai diri sendiri hingga begitu mengenaskan dan (maaf) is dead. Sy rasa, seingin apapun kalian jumpa dia, paling cuma nangis, tidak akan mati. Itulah kenapa hidup kita ini punya peraturan, agar semua orang bisa punya pegangan, selamat dr merusak dirinya sendiri.
Sy tdk akan menggunakan dalil2 agama dalam notes ini--karena orang2 yg pacaran, kadang risih mendengarnya. Jadi kita sama2 kuat, sy pakai logika kalian sj.

4. Tapi saya harus bilang agar lega, bagaimana dong? Ya silahkan saja kalau mau bilang. Tapi camkan ini baik2, cinta sejati adalah melepaskan. Catat itu baik2, tanyakan pd pujangga kelas dunia, hingga pujangga amatiran narsis tere liye, semua bersepakat, cinta sejati adalah melepaskan, lepaskan dia jauh2, maka kalau memang berjodoh, skenario menakjubkan akan terjadi. Jadi? Kalau kalian belum jelas so what-nya, lantas kemudian mau apa setelah bilang, maka mending ditahan, disimpan dalam hati. Tuhan itu mendengar, bahkan desah tersembunyi anak manusia di pojok kamar paling gelap, paling sudut, di salah-satu kampung paling terpencil, paling jauh dari peradaban, paling tdk ada aksesnya. Jodoh itu misteri. Kalau nggak pakai usaha, nanti nggak dapat, gimana dong? Tentu saja usaha, tapi bukan dengan pacaran. Usaha terbaik mencari jodoh adalah: dgn terus memperbaiki diri. Nggak paham, kok malah aneh, malah disuruh memperbaiki diri. Ya itulah, dalam banyak hal, kalau kita nggak nyambung, memang nggak ngerti. Misalnya, banyak orang yg mikir kalau mau dapat ikan itu harus mancing di sungai. Padahal sebenarnya sih, kalau mau ikan, ya tinggal pergi ke pasar ikan. Lebih tinggi kemungkinan dapat ikannya--asumsinya punya uang.

5. Tapi apa salahnya pacaran? Boleh2 saja dong? Saya justeru merasa lebih semangat, lebih kreatif, lebih apa gitu setelah pacaran? Nah itu dia, kalian benar2 menyimpan bom waktu jika meyakini pacaran itu memberikan energi positif. Pacaran itu bentuk hubungan, dan sebagaimana sebuah bentuk hubungan antar manusia, posisinya rentan rusak, gagal, dan binasa. Boleh jadi betul, riset canggih akademik membuktikan orang2 pacaran bisa memperoleh motivasi baik, tapi saya, tidak akan memilih menggunakan 'pacaran' sbg sumber energi, mengingat sifatnya yg temporer sekali. Mending sy milih kekuatan bulan, jelas2 bulan itu sudah ada milyaran tahun, pacaran paling mentok hitungan jari tangan bertahannya.

6. Baik, baik, lantas kalau tidak boleh pacaran, gimana dong? Kongkretnya apa yg harus sy lakukan? jawabannya mudah: Tidak ada yg perlu dilakukan. jatuh cinta, alhamdulillah, itu berarti tanda kita normal. lantas? Biarkan saja. Sibukkan diri sendiri dgn hal2 positif, isi waktu bersama teman2, keluarga. Belajar banyak hal, mempersiapkan banyak hal. Hanya itu. Nggak seru, dong? Lah, memangnya kalau pacaran seru? Paling juga cuma nonton ke manalah, pergi kemanalah. Pacaran itu seolah seru, karena dunia telah menjadi etalase industri entertainment. Pesohor2 menjadi teladan--padahal akal sehat siapapun tahu itu bahkan rendah sekali nilainya. Dari jaman batu, hingga kelak dunia ini game over, pegang kata2 saya: menghabiskan waktu bersama orang tua, kakak, adik, teman2 terbaik selalu paling seru. Apalagi jika ditambah dgn terus belajar, produktif, dsbgnya.

7. Lantas bagaimana sy melewati masa2 galau ini? Lewati seperti kebanyakan remaja lainnya. Lurus. Boleh kalau kalian mau menulis diary tentang perasaan2 kalian. Boleh galau menatap langit2 kamar. Boleh cerita2 curhat sama teman dekat dan orang tua. Boleh, tapi ingatlah selalu perasaan itu punya kehormatan. Kalian pasti sebal kan lihat teman sekelas yg tiba2 datang ke sebuah pesta ultah (padahal dia tidak diundang), sudah tdk diundang, makannya paling banyak, teriakannya paling kencang, paling gaya, norak, tidak tahu malu. Nah, ada loh--bahkan banyak-- orang2 yg tdk sadar kalau dia sebenarnya juga norak dan tidak tahu malu dalam urusan perasaan. Ya, kita sih kadang tdk merasa kalau sudah genit, ganjen, lebay. Sy tahu, istilah menjaga kehormatan perasaan ini boleh jd susah dipahami, tapi itu nyata, orang2 yg bisa menjaga perasaannya, maka se galau apapun dia, sesengsara apapun dia menanggung semua perasaan, besok lusa, kemungkinan untuk tiba di ujungnya dgn selamat akan lebih besar. Jangan coba2 berdua2an, jangan coba2 pergi kemanalah hanya berdua, bergandengan tangan, dsbgnya. Itu benar2 menghabisi kehormatan kalian.

8. Nah, bersabarlah. Tunggu hingga kalian memang telah siap. Jika sudah yakin, silahkan kirim sinyal2, menyatakan perasaan, lantas silahkan libatkan orang tua. Btw (masih ngeyel), tapi banyak juga orang2 yg menikah tanpa pacaran bercerai, kok. Dan sebaliknya, orang2 yg pacaran malah langgeng? Itu benar. Sama benarnya dgn banyak orang2 yg mabuk2an, ngobat, tetap saja umurnya panjang. Eh, ada tetangga, alimnya ampun2an, malah meninggal lebih dulu. Harusnya kan kalau mereka melanggar peraturan, langsung ada petir menyambar. Menikah, membina keluarga, langgeng atau tdk, bahagia atau tidak, boleh jadi tdk ada korelasinya dgn pacaran atau tidak. Kita mungkin tdk pernah tahu misteri ini, tapi dengan menjalani prosesnya dgn baik, mengakhirinya dgn baik, semoga fase berikutnya berjalan dgn baik.
Sy konsen sekali masalah pacaran ini, karena sy tdk ingin kalian menghabiskan masa2 penting kalian utk urusan perasaan yg sebenarnya di usia kalian tdk penting2 amat. Dan sy harus bilang, orang2 yg paham, mengerti benar bahwa pacaran adalah pintu gerbang pergaulan bebas. Itu mengerikan. Masa' kalian mau dekat2 dengan pintu yg ada tandanya 'pergaulan bebas'. Saya bisa menjaga diri kok, tenang saja. Well, rasa2nya tidak ada orang di muka bumi ini, di zaman sekarang, yg bisa bilang dia sempurna bisa menjaga dirinya. Kalau bisa, maka setan akan gigit jari.
source: MV Raef-You're the one
Sy membuat beberapa novel tentang perasaan, semoga itu bisa menjadi salah-satu alternatif kalian memahami beberapa poin di atas, hidup ini memiliki batasan2 yg tdk bisa dilanggar, bahkan sekuat apapun cinta tsb. Selalu ambil sisi positif dlm cerita2 tsb, lihat dr sudut pandang berbeda, maka boleh jd kalian akan menemukan pemahaman baru yg baik. Bukan sebaliknya, mengambil yg bisa memberikan argumen buat kalian--karena namanya novel, tentu sj sy harus memasukkan tokoh2 buruk, jahat. Sy juga menumpahkan banyak postingan soal ini, konsen saya.
Sy benar2 tdk bisa melakukan hal yg lebih kongkret dalam urusan ini, selain dgn tulisan2. Tapi itu hanya tulisan2. Itulah kenapa sy sangat menghormati guru2, orang2 dewasa, orang tua di sekitar remaja yg lebih kongkret, secara terus menerus menanamkan pemahaman itu ke remaja2 mereka. Dan di atas segalanya, yg akan membuat itu berhasil atau tidak, adalah kalian sendiri.
Mari kita janjian, yuks, hari ini, 13 September 2012, maka dua puluh tahun lagi, 2032, kalau umur kita panjang, dan kalian masih ingat postingan ini, kenanglah kembali masa remaja, masa usia 20-an something kalian. Rasa2nya sy bisa menebak, kalian akan nyengir mengingatnya. Boleh, nanti tiba2 mengirimkan email ke saya, Bang tere, sy masih ingat postingan 20 tahun lalu itu--asumsi sy masih ber narsis ria di mana2. Dan Bang tere ternyata salah. Boleh. Atau kalau sebaliknya, tentu saja boleh, kirim email, bilang, ternyata Bang tere benar.

Night, night.

 Tere Liye

Senin, 26 Januari 2015

Bagaimana Hukum Belajar ke Negeri Kafir?


Tentang masalah safar ke negeri kafir, aku berpendapat tidak diperbolehkan, kecuali dengan beberapa syarat :

Fatwa Syaikh 'Ustaimin rahimahullah Bagi yang Ingin Thalabul 'Ilmi di Negeri Kafir.
بعض الشباب يريدون أن يتعلموا الطب وبعض العلوم الأخرى ولكن هناك عوائق مثل الاختلاط والسفر إلى بلاد الخارج فما الحل؟ وما نصيحتكم لهؤلاء الشباب ؟
“Sebagian pemuda ingin belajar ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang lain, akan tetapi di situ terdapat beberapa hambatan misalnya ikhtilaath dan safar ke luar negeri. Bagaimana solusinya ? Dan apa nasihat Anda pada para pemuda itu ?”.
Jawab :
نصيحتي لهؤلاء أن يتعلموا الطب لأننا في بلادنا في حاجة شديدة إليه، وأما مسألة الاختلاط فإنه هنا في بلادنا والحمد لله يمكن أن يتقي الإنسان ذلك بقدر الاستطاعة.
وأما السفر إلى بلاد الكفار فلا أرى جواز السف إلا بشروط :
الأول: أن يكون عند الإنسان علم يدفع به الشبهات ؛ لأن هناك في لبلاد الكفار يوردون على أبناء المسلمين الشبهات حتى يردوهم عن دينهم.
الثاني: أن يكون عند الإنسان دين يدفع به الشهوات، فلا يذهب إلى هناك وهو ضعيف الدين ، فتغلبه الشهوات فتدفع به إلى الهلاك.
الثالث: أن يكون محتاجاً إلى السفر بحيث لا يوجد هذا التخصص في بلاد الإسلام.
فهذه الشروط الثلاثة إذا تحققت فليذهب، فإن تخلف واحد منها فلا يسافر،لأن المحافظة على الدين أهم من المحافظة على غيره
“Nasihatku kepada para pemuda itu agar mereka tetap mempelajari ilmu kedokteran, karena negeri kita sangat membutuhkannya. Adapun masalah ikhtilaath, maka di negeri kita – alhamdulillah – memungkinkan bagi seseorang untuk menghindarinya sesuai kadar kesanggupannya.

Pertama, hendaknya seseorang mempunyai bekal ilmu (syar’iy) yang akan melindunginya dari berbagai macam syubhat, karena di negeri kafir, mereka (orang-orang kafir) menghembuskan berbagai macam syubhat kepada anak-anak kaum muslimin hingga mengeluarkannya dari agama mereka (Islam).

Kedua, hendaknya seseorang mempunyai bekal agama yang akan melindunginya dari berbagai macam syahwat. Maka, bagi orang yang lemah agamanya tidak boleh pergi ke sana, karena syahwat akan menguasai dirinya sehingga menyeretnya ke lembah kebinasaan.

Ketiga, hendaknya orang tersebut benar-benar mempunyai keperluan yang mengharuskannya untuk safar, dimana spesialisasi ilmu itu tidak didapatkan di negeri kaum muslimin.

Apabila ketiga syarat di atas terpenuhi, silakan ia pergi. Namun apabila salah satu syarat tidak terpenuhi, ia tidak boleh pergi, karena menjaga agama lebih penting daripada menjaga hal-hal selainnya”.


Sabtu, 03 Januari 2015

Bolehkah Aku Mengkhawatirkanmu?

Asap mengepul di atas segelas kopi hitam pekat yang ada di sudut meja. Kontras dengan kertas putih yang berserakan di sekitarnya. Sesekali kertas-kertas itu bergerak tertiup angin dari jendela. Seseorang duduk sambil memperhatikan laptopnya. Ia sudah berada di posisi itu sejak setengah jam yang lalu. Hanya menggerakkan tangan untuk mengusap dagu. Ia tampak berpikir keras.

"Kau akan membiarkan kopi itu dingin Dean?" Seseorang sudah duduk di seberang mejanya.
"Heemm..." hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya. Dean masih sibuk memandangi layar monitor.
"Apa yang sedang kau kerjakan? Bukankah semua tugasmu sudah kau selesaikan?"
"Tck... Masih ada projek yang harus aku kerjakan."
"Baiklah, aku tak akan mengganggu," Ia pergi menuju meja kerja miliknya. 
"Sedang apa dia Rin?" tanya kawan yang duduk di sebelahnya. 
Rin mengangkat bahu, namun di matanya tersirat kekhawatiran. Ia memandang Dean beberapa lama. Kenapa aku harus mengkhawatirkannya? Rin kembali bekerja. 

Rin berlari menuju halte. Ini sudah hampir pukul tiga sore, bus yang ia tumpangi segera lewat. Ia tak mau tertinggal lagi. Ia sudah ada janji mengantar neneknya berobat. 

Sesampainya di halte, ia melihat Dean sedang melamun duduk di  kursi. Seperti banyak sekali beban yang mengantri masuk ke dalam kepalanya.
"Dean," sapa Rin.
Dean menoleh, "Rin," ia tersenyum.
"Kenapa kau akhir-akhir ini? Nggak enak badan?"
"Enggak kok, banyak pekerjaan aja. Bus kamu sudah datang tuh," Dean menunjuk bus yang akan Rin tumpangi. Rin menoleh.
"Ya sudah, aku pulang dulu ya, bye!" 
Dean mencoba tersenyum dengan hangat. Rin dengan berat hati meninggalkannya dan memasuki bus.
"Aku yakin ada yang tidak beres dengannya. Tak biasanya ia mendiamkanku seperti tadi," Rin memikirkan Dean sepanjang jalan.

Rin menghidupkan lampu kamar. Ini hari ketiga ia melihat Dean murung. Dan ia belum mendapatkan jawaban dari masalah apa yang dihadapi Dean. Tiga hari ini Dean selalu muncul dikepalanya. Entah apa perasaan itu, Rin tak tahu. Ia beberapa kali menganggap bahwa ini hanya simpati. Ia merasakan kesedihan bila melihat wajah pria berkacamata itu murung. Sebelum Rin menutup mata, mengakhiri hari yang melelahkan ini, Dean masih menempel diingatannya.

"Dean nggak masuk?" tanya Rin.
Salah satu teman kantornya mengangguk. "Aku kemarin melihat Dean kena omel sama manager, mungkin dia membuat kesalahan."
Rin merasa ada yang tidak beres, ia memutuskan untuk menelfon Dean.
"Kau dimana?" tanyanya setelah terdengar suara Dean mengangkat telfon.
Dean diam sejenak.
"Dean? Kau masih di sana kan?" tanya Rin.
"A...Aku di rumah sakit."
"Rumah sakit? Kau sakit? Sakit apa?" Rin menghujani pertanyaan.
"Bukan.." jawab Dean lirih.
"Lalu siapa yang sakit?"
"Ayahku."
Tanpa pikir panjang, Rin pergi ke rumah sakit tempat ayah Dean dirawat. 

Rin berlari menyusuri koridor, ia terlihat khawatir. Dean mengatakan bahwa ayahnya sedang menjalani operasi. Ia mencemaskan Dean.

Ia menemukan Dean berdiri mondar-mandir di depan ruang operasi. Rin mempercepat langkah. Wajah yang ingin ia temui, wajah yang ingin ia hibur, sudah ada di depan mata.

"Dean."
"Airin..."
"Bagaimana? Belum selesai?" tanya Rin.
Dean menggeleng.
"Bagaimana bisa terjadi, bukankah ayahmu sangat sehat?"
"Dia.. diaa... merahasiakan penyakitnya dariku. Dia, menganggap aku masih anak kecil yang tak tahu apa-apa," mata Dean berkaca-kaca. "Ia bilang tak ingin membuatku sedih, tapi apa akibatnya, hal ini lebih membuatku sedih," Dean telah mengeluarkan air matanya.
"Dean...." panggil Rin lirih. Ia ingin sekali memeluk Dean saat ini. Mungkin pelukan akan sedikit membantu menghangatkan perasaannya kali ini. Tapi apa daya, Rin bukan siapa-siapa yang berhak menyentuh tubuh Dean seenaknya. Keyakinannya memiliki batasan. 
Rin menjulurkan sapu tangan untuk Dean. Rin tak menyukai pria cengeng, namun kali ini, ia telah di buat sedih oleh Dean. Ia ingat perkataan teman sekantornya yang menceritakan bahwa Dean kena marah oleh manager. Betapa terluka hatinya saat ini. Hal ini semakin membuat Rin sesak.

Rin kembali membawa dua teh panas menuju ruang tunggu operasi. 
"Ini minum dulu Dean. Tenangkan harimu."
Dean yang sedari tadi duduk melamun menerima minuman yang Rin berikan.
"Terima kasih."
"Kau tahu, aku pernah mengalami hal yang sama denganmu," Rin memulai percakapan setelah hening beberpa saat.
Dean berhenti meminum tehnya.
"Saat itu, aku sedang sibuk dengan skripsiku. Aku menghiraukan semua sms, yang masuk. Aku punya target. Aku harus segera lulus dan menyelesaikan skripsiku. Sering aku mneghiraukan telepon dari Ibuku. Aku pikir, nanti saja nanti saja, tanggung belum selesai. Dan aku melewatkan semuanya. Suatu hari aku sempat mengangkat telepon dari Ibu, namun kabar buruk yang aku terima. Ibu masuk UGD. Kau tahu rasanya seperti tertimpa batu besar di kepalamu. Ternyata ibuku sudah sakit sejak lama. Aku tak mempedulikannya."
Rin diam sejenak, mengumpulkan tenaga. 
"Hal yang paling kusesali di dunia ini adalah tidak menghiraukan panggilan ibuku. Aku hanya bisa bersamanya di saat-saat terakhirnya saja. Kau beruntung, tidak pernah jauh dari orang tua.Jadi jangan beranggapan kau adalah makhluk paling merana di dunia ini. Terus berdoa untuk kesehatan Ayahmu. Allah pasti memberikan kembuhan baginya." Rin melebarkan senyuman di akhir kalimatnya.
Dean membalas senyuman hangat itu.
Dokter dan perawat keluar dari ruang operasi. Dean segera menghampiri dan memberikan pertanyaan bertubi-tubi kepada dokter yang merawat.
Rin masih duduk memperhatikan. Dokter menjelaskan bahwa ayah Dean sudah melewati masa kritis. Ah, leganya. Ia meninggalkan ruang tunggu operasi. Tugasnya sudah selesai. Ia sudah melihat Dean tersenyum bahagia. Sudah cukup untuknya. 
Selesai berbicara dengan dokter Dean menyadari bahwa Rin sudah tidak ada di tempat.
"Bodoh, kau meninggalkanku seperti ini? By the way, terima kasih untuk semangatnya Rin." 
***   
Ayah Dean semakin membaik. Dean bisa bekerja kembali. Belakangan Rin tahu alasan kenapa manager memarahi Dean. Ia tidak konsentrasi dalam membuat artikel tentang berita yang ia tulis. Sehingga ada kesalahpahaman yang mengakibatkan beberapa pelanggan yang komplain. 
Hari ini Dean ditugaskan untuk meliput jatuhnya pesawat Air Asia beberapa waktu yang lalu. Pimred memutuskan menjadikan berita ini sebagai headline news majalah tempat Dean dan Rin bekerja. 
Beberapa staff juga ikut pergi dengan Dean. Manager berharap Dean melakukan tugas ini dengan baik untuk menebus kesalahannya yang lalu.
"Ini..." Rin menyerahkan tas kertas kecil kepada Dean yang sedang memasukkan peralatan menulisnya ke dalam tas.
"Apa ini?" tanyanya.
"Snack, bekal perjalanan untukmu. Siapa tahu di sana kau kelaparan." 
Dean menerima pemberian Rin. "Makasih ya."
"Sama-sama. Hati-hati di jalan."
Rin kembali menuju meja kerjanya.
Anak itu semakin aneh. Kenapa juga ia harus memberikan snack ini kepadaku? Hanya kepadaku? Mungkinkah? Dean menggumam.
Tidak bolehkah aku mengkhawatirkanmu? Rin berbicara di dalam hati.
source: google
***
Beberapa hari sangat menyiksa Rin. Perasaan itu bukan semakin menghilang tapi semakin kuat. Rin tak pernah memintanya. Hanya mengalir begitu saja menempati lekukan-lekukan otaknya. Sesak. Jika kau merindukan seseorang yang tak akan pernah menoleh padamu. Sesak. Mengkhawatirkan seseorang yang tak akan pernah mengkhawatirkanmu. Beberapa kali ia membuka hp hendak menanyakan kabar. Tapi apa haknya? Kenapa harus tahu kabarnya? Rin bukan siapa-siapanya Dean. Mereka hanya partner kerja. Tak lebih. Jadi apa Rin berhak merindukan bahkan mengkhawatirkan Dean?


Rindu ini semakin memuncak. Rin harus menahan perasaannya sekuat tenaga. Melakukan hal-hal yang membuatnya sibuk. Untuk apa ia menghabiskan waktunya untuk memikirkan seseorang yang bukan siapa-siapa untuknya. Benar bahwa Rin memiliki perasaan yang lebih dari sekedar partner kerja. Kebaikan Dean, ketegasan Dean, dia yang memiliki kasih sayang besar ke orang tuanya, dan banyak hal dari Dean yang membuat Rin jatuh. Benar sekali kata pepatah yang bilang kita akan tahu apakah kita menyayangi seseorang bila seseorang itu meninggalkan kita.

Beberapa kali Rin mencoba untuk mendaftar keburukan-keburukan Dean, untuk menghilangkan rasa suka yang ia miliki. Rin tak boleh menyukai Dean.

Tepat dua minggu kepergian Dean, dengan usaha keras yang Rin miliki, ia berhasil untuk tidak menghubungi Dean. Ia sedikit bisa meredam perasaannya yang beberapa hari lalu berapi-api. Hanya tinggal menunggu waktu. Karena waktu yang akan mengobati segalanya.

Hari ini Dean kembali ke kantor. Ia menyapa Rin yang sedang duduk santai di lobi. tentu saja Rin sudah menyiapkan hatinya untuk tidak jatuh terlalu dalam. Karena sesungguhnya teramat mencintai itu tidak baik. terlalu banyak bumbu akan membuat suatu masakan menjadi eneg.

"Hai Rin, apa kabar? Ditinggal dua minggu udah makin gendut aja. Hahaha..." tanya Dean.
"Ih, enak aja tambah gendut. Ini sehat namanya. Kamu sendiri gimana?"
"Haha.. Aku baik. Ini oleh-oleh untukmu. Anggap saja pengganti snack yang kau kasih," Dean menyerahkan tas kertas yang ia dapat dari Rin dua minggu yang lalu.
"Wah.. makasih ya.."
"Dan ini," Dean menyerahkan sebuah amplop berwarna hijau muda.
"Apa ini?" tanya Rin sambil membuka amplop.
UNDANGAN PERNIKAHAN
Rin hampir menjatuhkan oleh-oleh yang ia dapatkan. Undangan pernikahan. Tertera nama Dean dan tunangannya, yang sebentar lagi menjadi istrinya. Inilah alasan Rin tak boleh menyukai Dean. Dean sudah memiliki perempuan. Mereka berdua bertunangan sejak lima bulan yang lalu.
"Rin... Airin?"
"Eh... iya..." Rin tersadar dari lamunannya.
"Datang kan? Acaranya tiga minggu lagi," Dean memberikan senyuman.
"E..I..Iiyaaa lah pasti. Selamat ya. Semoga langgeng." Rin membalas senyuman Dean dengan berat.
"Oke sipp. Aku ke atas dulu ya. Mau bagi-bagi undangan buat yang lain. Bye!"
Rin mengangguk dan tersenyum. Senyum itu berubah menjadi kesedihan setelah ia melihat punggung Dean semakin menjauh. Ia sudah tak punya kesempatan lagi. It's over. Dean sempurna milik orang lain. Air mata Rin jatuh tepa di undangan yang ia bawa. Mungkin hidup ini tidak adil, kenapa cinta bertepuk sebelah tangan itu ada. Namun Rin mengerti, kita tak boleh rakus dalam meminta. Menunggu datangnya doa yang dikabulkan dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Seperti menahan kerinduan akan kehadiran Dean dengan tetap mengerjakan pekerjaan kantornya. Ia menunggu dengan sukses. Walaupun yang dinanti ternyata membawa berita buruk, setidaknya penantiannya tidak sia-sia. Ia masih harus tetap hidup dengan baik.

Tiba-tiba seseorang menjulurkan sapu tangan di depan wajahnya. Rin menoleh. Seorang laki-laki berambut cepak berdiri menatapnya sambil menjulurkan sapu tangan. Rin mengambil sapu tangan dengan ragu-ragu dan menghapus air matanya.

"Terima kasih, akan saya cuci dulu. Saya bisa mengembalikannya dimana nanti?" tanya Rin.
laki-laki itu tersenyum menyebabkan lesung di pipi kirinya terlihat jelas. "Kapan saja, restoran saya ada di sebelah gedung ini."
Rin mengangguk.
"Ngomong-ngomong ruang manajer sebelah mana ya? Beliau memesan beberapa makanan," kata lelaki itu sambil menunjuk kardus makanan yang ada di sebelah kakinya.
"Ada di atas, mari saya antar."
----TamaT----