Minggu, 13 Agustus 2017

Diary Gea #2 ~ Masih bertahan menunggu ~

Sudah beberapa bulan berlalu, dia belum mengatakan apa-apa hingga sekarang. Aku cemas, gemas, bete, khawatir apa yang akan terjadi kemudian. Semua ini tidak memiliki titik terang. Walaupun kemarin dia menunjukkan salah satu usahanya, dan disertai sedikit kelabilan. Kala itu, hari keempat setelah lebaran, dia memutuskan untuk ke rumah, ya ke rumahku. Awalnya sih aku hanya mancing aja nyuruh dia ke rumah, dan ternyata dia mau.

Hari itu dia datang terlalu sore. Sempat aku pergi keluar karena dia terlalu lama. Hingga akhirnya pas aku pulang, ada sebuah motor terparkir di depan rumah. Aku menduga kalau itu dia. Sambil bertanya kepada Ibu yang sedang menyetrika baju di belakang rumah, aku mengintip apa yang terjadi di ruang tamu. Ayahku dan dia ada di sana. Sempat terfikir untuk mengerjainya terlebih dahulu, membiarkannya ngobrol banyak dengan Ayahku, namun aku tidak setega itu. 

Obrolan kita hanya seputar kegiatan  biasa, tidak lebih, tidak ada apapun menyinggung kejelasan kita. Setelah dia pulang, aku bertanya kepada Ayah apa saja yang terjadi tadi di ruang tamu sebelum aku datang. Itu hanya obrolan ringan basa basi. Sampai disitu saja.

Pesan-pesan yang ia kirimkan setelah itu tetap seperti biasa. Menceritakan kehidupannya di sana, curhatan tentang konsulen-konsulennya, tidak ada yang menyangkut kejelasan kita sama sekali. Terkadang inginku bertanya langsung kepadanya apa yang aku pikirkan selama ini, huft... Semua itu tercekat ditenggorokan. Hingga suatu ketika aku sengaja curhat di medsos, sebenernya ga berharap dia ngerasa sih, biasa anak alay begini jadi yasudah. Waktu itu aku nulis, just dont want it to become habbit, kira kira begitulah. Selang waktu kemudian pesan singkat darinya muncul
Appan tuh? 07.51
Butuh waktu lama untuk aku membalasnya, ya karena bingung mau jawab apa, secara kan itu buat dia, aku ga mau percakapan kita selama ini jadi habbit, dan nantinya jika semua ini berhenti, akan berdampak kepadaku.
Dinding kamar kos :P 10.37 (aku jawab begitu karna latar tulisannya adalah dinding kamar kos)

Kata-katanya maksud aku 10.46

Haha.. Habbit menunggu 11.11

Emang kamu lagi nunggu apaan? 12.33

Sebenarnya pengen banget jawab, nungguin kamu boy! nungguin kamu! :'(

Menunggu hal yang juga sering ditunggu orang lain #hapadeh 16.11 
Begitulah akhirnya kujawab

Yaudah sabar 17.10
Tungguin aja kalo emg pantes km tunggu 17.10 

Helloww ini buat kamu -__-
Baiknya seperti itu 17.40
Mungkin sampai berubah jadi suatu hal yang lebih hebat lagi 17.42

 iyaa kalau kamu sabar nunggu yaa bagus 17.48

well, let see 17.55 
Kataku kemudian

Percakapan berlanjut tanpa kesimpulan. Capek sebenernya boy, tapi ya mau gimana lagi. Aku sudah berniat untuk tidak menanyakan terlebih dahulu. Karena Allah maha membolak-balikkan hati manusia, jadi aku hanya bisa menunggu, lagi? Iya aku akan menunggu, seperti sebelum-sebelumnya, aku rasa akan mudah, eh tapi untuk sekarang aku rasa sedikit sulit. Beneran deh, aku ngga mau menjadikan percakapan kita ini habbit. Its not right boy :'( 
Hope you feel confident in another meeting.

Surakarta
13/08/2017