Dia berlari
sekencang-kencangnya. Mengabaikan semua panggilan yang terus menerus bergema
ditelinga. Dia lelah. Melihat dirinya sendiri saja malas. Lingkaran hitam
disekitar mata yang mulai melebar. Style
pakaian yang sudah tak beraturan semakin membuatnya seperti anak terlantar yang
tak terurus.
Lembut sentuhan pasir menari-nari di
kakinya. Ia memperbaiki kerudung yang terus saja terbang dibawa angin. Setengah jam bertahan dalam kesendirian.
Memandang lautan lepas. Merasakan cipratan air yang dengan sengaja meluncur
kearahnya. Namun, angin kembali mengeringkanya. Cipratain air itu datang
lagi, kemudian angin kembali datang menghapus. Begitu seterusnya. Sampai ada
yang datang dan berkata.
"Kau
bilang tidak akan pergi sendirian?" Seorang laki-laki datang dengan
memasang wajah prihatin.
"Begini
lebih baik Mas," jawabnya sambil terus memandangi karang yang tetap tegar
dihantam gelombang laut.
Lelaki
yang dipanggil Mas itu duduk disampingnya sambil menghela nafas.
“Mau
ngapain disini? Mau jadi ikan asin ya?” tanyanya dengan nada mengejek.
Dia diam
sejenak, mengaduk-aduk pasir. “Sepertinya jadi makanan ikan lebih baik.”
Setelah
mendengar jawaban itu, Mas berdiri dan menyeretnya menuju ke laut.
“Apa
yang Mas lakukan?” Ia terheran-heran melihat tingkah laku Mas.
Mas tak
menghiraukan dia yang memberontak. Dengan sekuat tenaga Mas melemparkan anak
itu ke laut dengan harapan, apa yang menjadi tujuan anak tersebut tercapai
dengan baik.
BYUUURRR
“Semoga
menjadi makanan yang baik. SEMANGAAT!!!” katanya kemudian sambil melambaikan
tangan.
Anak itu mencoba berenang kembali ke
pantai.
“Kenapa
diceburin Mas? Aku kan cuman bercanda... Nggak ditolongin malah dilihatin
doang.” Ia tergopoh-gopoh menghampiri Mas yang masih berdiri di tepi pantai.
“Loh?
Masih hidup? Huh... Tujuan gagal anak muda...” kata Mas kecewa.
Masih
terengah-engah dan disertai batuk-batuk anak itu menjawab. “Uhuk.. Uhuk.. Masih
lah. Gak pengen jadi makanan ikan ah, serem kayaknya. Hii...”
“Lalu
sebenarnya apa yang sedang kau lakukan di pinggir batu karang tadi? Bosan hidup
ya?” tanya Mas yang masih bingung dengan apa tujuan sebenarnya anak yang
sekarang sedang menggigil kedinginan itu disini.
Anak
itu kembali menatap karang yang masih dengan posisi yang sama, tak terkikis
sedikit pun. “Hanya... menikmati kesendirian. Menghindar dari kebisingan kota
dan setumpuk tugas-tugas. Rasanya lebih tenang aja.”
Mas
terlihat berfikir sejenak lalu berkata, "Itu sih lari dari kenyataan,
dalam hidup pasti ada masalah, tapi masalah tersebut lah yang membuat kita hidup.
Karena pada dasarnya hidup nggak seru kalau nggak ada cobaannya. Dan hal yang
perlu diyakini Ketika kita mengeluh : ‘Berat banget yah, gak sanggup rasanya...’
Allah menjawab : ‘AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupan.’ (QS. Al-Baqarah : 286)
Ketika kita mengeluh : ‘Stressss nih...Panik...’
Allah menjawab : ‘Hanya dengan mengingatku hati akan menjadi tenang’. (QS. Ar-Ro’d :28)
Ketika kita mengeluh : ‘Yaaaahh... ini mah semua bakal sia-sia..’
Allah menjawab : ‘Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya’. (QS. Al-Zalzalah :7)
Nah dari pada bengong di karang, mending kita bengong sambil mancing jadi bengongnya bermanfaat,” Lalu Mas mengambil tas dan mengeluarkan alat pancing . Kemudia ia memberikannya ke anak tersebut.
Allah menjawab : ‘AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupan.’ (QS. Al-Baqarah : 286)
Ketika kita mengeluh : ‘Stressss nih...Panik...’
Allah menjawab : ‘Hanya dengan mengingatku hati akan menjadi tenang’. (QS. Ar-Ro’d :28)
Ketika kita mengeluh : ‘Yaaaahh... ini mah semua bakal sia-sia..’
Allah menjawab : ‘Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya’. (QS. Al-Zalzalah :7)
Nah dari pada bengong di karang, mending kita bengong sambil mancing jadi bengongnya bermanfaat,” Lalu Mas mengambil tas dan mengeluarkan alat pancing . Kemudia ia memberikannya ke anak tersebut.
Anak
itu mengangguk angguk. "Ya, aku mengerti sekarang. Mengerjakan hal-hal
yang bermanfaat akan mengurangi beban fikiran. Trima kasih atas nasehatnya."
Dia mengambil salah satu alat pancing dari tangan Mas.
"Tunggu, umpanya mana? eee. , Mas mau jadi umpanya? eh.." katanya kemudian.
"Tunggu, umpanya mana? eee. , Mas mau jadi umpanya? eh.." katanya kemudian.
Mas
mulai melirik licik kearahnya, "Katanya tadi mau jadi makanan
ikan...?" Tersadar akan ucapan yang tadi, Ia terdiam dan langsung kabur
secepat kilat, Mas tersebut mengejarnya denagan SEMANGAT! Sambil berteriak "DIBUTUHKAN UMPAN YANG
BESAR UNTUK IKAN YANG BESAR! Dan AKU INGIN IKAN BESAR!!"
“CARI SAJA SENDIRIII!!”
Anak itu berteriak sambil terus berlari.*sebuah karya kolaborasi dg mas Arifurrahman