Senin, 28 September 2015

Zuhada Malam



Uhuyy kembali lagi bersama penulis abal-abal disini, masih di zyaFM wkkk... Ide cerita ini berawal dari percakapan santai saat makan siang bersama sejawat. Terinspirasi dari film dan video clip tentang cinta positif yang sedang tenar di dunia maya, penulis nggak mau kalah dong, hhihihi.. semoga menghibur hati yang gundah gulana. Saran aja sih, pas baca dengerin lagu-lagunya Teladan Cinta , ( atau langsung klik lagu yg ada di samping kanan blog ini ) dijamin tambah baper hihi :P
Monggo dinikmati


Teriknya matahari sudah semakin menyengat! Dunia ini semakin panas. Entah berapa lama lagi musim kemarau ini bertahan. Setetes hujan sedang dinanti oleh manusia. Baik itu penikmat hujan sejati maupun yang benci hujan sekalipun. Adin -termasuk salah satu pembenci hujan- sedang mengutuki matahari. Sedari tadi ia tak berhenti mengomel. Dan untuk pertama kalinya ia berharap hujan segera turun. 
"Ataghfirullah... berapa lama lagi kita harus mondar-mandir kepanasan ya Ko? Panas banget," keluh Adin.
"Sampai ini beres lah Din. Kita harus segera acc-in nih pasien PSA," jawab Koko.
"Lagian, kenapa dosennya nggak stay di sini aja sih, kita harus bolak-balik manggil beliau ke gedung B. Ditambah lagi harus bolak-balik rontgen karena pengisian guta-nya nggak hermetis."
Si pasien hanya duduk diam pasrah dikursi rontgen.
"Yaudah sih, sabar aja, lha gimana lagi, ini juga salah kita nih, gagal mulu dari tadi. Kamu jangan ngeluh terus, lebih baik berdoa sana sama Allah, bukannya ngeluh terus. Nih cepetan pejet remotenya udah aku pasang," kata Koko sambil membenarkan posisi pasien yang akan di rontgen.
Adin segera mengambil remote rontgen sambil ngedumel, "Ya Allah, semoga hujan segera turun, walaupun hambamu ini nggak suka hujan, tapi untuk kali ini hamba memohon untuk segera datangkan musim hujan ya Allah."
"Hoeh, berdoa itu dimushola jangan di..." 
Belum sempat Koko meneruskan, seseorang membuka pintu ruang rontgen.
"Kalian udah selesai? Nanti aku mau pinjem ruangannya ya?" suaranya yang lembut terdengar merdu ditelinga. 
"Oh, bentar lagi Rin, ini tinggal punya Adin doang," jawab Koko.
"Oke, kabarin ya!"
"Sip!" Koko beralih ke Adin. "Udah kamu pencet belum tombolnya?"
Si Adin malah asik melihat ke arah pintu, masih sambil senyum-senyum.
"Wooy! Adin!"
"Eh eh.. kok tiba-tiba langsung adem gitu ya Ko? Apa hujan udah turun?"
"Tjh.. kau ini, iya hujan meteor nanti menyerbu kita kalo ini nggak segera selesai!"
"Hehehe... iya ini aku pencet."
Mereka menyelesaikan pekerjaan dengan segera, sedari tadi muka si pasien sudah kucel kumel diajak mondar-mandir ke ruang rontgen.
Diperjalanan menuju gedung B, Adin masih tidak fokus. 
"Ko, sepertinya aku jatuh cinta sama Rinda."
"He? Hahaha... Kamu? Seorang ustadz Adin jatuh cinta?"
"Ustadz? Aamiin lah. Kau ini. Aku juga manusia biasa kali Ko."
"Ya kamu pasti paham lah, kalo lagi suka sama sesorang, dekati pemilik dan penciptanya. Biar direstui. Di doain tiap malem. Jangan dipacarin!"

----
Adin masih terngiang-ngiang kata-kata dari Koko. 
"Dekati penciptanya, doain tiap malem. Oke siap, bismillah..." gumamnya saat terbangun di sepertiga malam.

https://adewinano.files.wordpress.com/2013/04/
source: adewinano.wordpress.com
Air di malam ini sangat menyejukkan. Suara-suara ayam mulai berkotek terdengar sayup dikejauhan. Pertanda malaikat-malaikat turun kebumi untuk menyapa manusia dari jarak dekat. Waktu sepertiga malam adalah waktu yang pas untuk memanjatkan doa-doa yang kita inginkan. Doa-doa itu akan melesat seperti busur panah tepat ke sasaran. 
---
Beberapa minggu berlalu, pikiran Adin sudah mulai terlalihkan ke kesibukan-kesibukan koas. Walaupun terkadang masih sering curi-curi pandang ke Rinda. Sesekali ia terhasut bujuk rayu setan untuk mengajak Rinda chatingan. Kokolah yang selalu mengingatkan kekhilafan Adin.
"Inget Din, setan ada dimana-mana. Dia itu pinter. Walaupun kamu menganggap obrolan santai itu biasa aja, tapi beda Din. Obrolan santai dengan orang yang kita sukai nantinya akan semakin menguatkan nafsu kita untuk memilikinya. Ya kalo kita udah siap Din, kan kita masih berjuang begini, belum punya penghasilan juga, masih minta sama orang tua," nasihat Koko disuatu sore.
"Bagaimana kalo rasa rindu itu tak bisa dibendung Ko? Semakin dalam."
"Puasa Din. Ya kalo sudah siap, saat si rindu datang segera hubungi penghulu! Hahaha...."

Doa-doanya untuk Rinda tak pernah berhenti terpanjatkan. Ia sangat berusaha menjaga hati. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Diwaktu luangnya menunggu pasien, dibukalah Al-Quran yang selalu menemani. Diwaktu liburnya ia sibuk menjadi volunteer di sebuah organisasi sosial. Ia tak ingin rasa cintanya kepada Rinda membuyarkan konsentrasinya disemua hal. Dengan dukungan penuh dari Koko ia terus bersemangat memperbaiki diri untuk Rinda. Ia percaya Sang Pengendali Hati akan segera mengabulkan doanya. Apalagi hari ujian akhir semakin dekat. Ia harus ekstra berusaha membagi pikiran. 

Restu orang tua untuk mengerjakan ujian kompetensi sudah dikantongi. Adin, Koko serta sejawat yang lain siap untuk berperang dengan ratusan soal yang akan ia hadapi. Selesai ujian ini masih ada ujian-ujian lain yang juga menunggu mereka untuk meraih gelar istimewa itu. Dokter gigi. Doa Adin tak pernah berubah di sepertiga malam. Lulus dan Rinda. Sampai saat pengumuman itu tiba.

"Gimana Ko? Kita lulus nggak?" tanya Adin yang hanya bisa melihat kepala-kepala sejawatnya berebutan melihat papan pengumuman.
Koko keluar dari kerumunan dengan susah payah. "Huft... Sesak nafas nih aku."
"Gimana? Gimana?"
"Mmmm... Alhamduilillah.. LOLOOOOS DIIIN!!!" teriak Koko.
Mereka berdua berpelukan dan sujud syukur. Usaha mereka tidak sia-sia. Selama 6 tahun berjuang bersama di dunia pendidikan ini, hasilnya memuaskan. Doa-doa yang dipanjatkan Adin sepanjang sepertiga malam terkabulkan. Kekuatan busur panah itu sesuai sasaran. Wusssh.... 

Saat mereka sedang asik ngobrol, Rinda datang menemui.
"Hai Din, Ko, gimana haislnya? Kalo dilihat dari ekspresi kalian sih pasti lulus ya?" tanya Rinda.
Adin dan Koko saling pandang. Koko memberi isyarat kepada Adin untuk menjawab pertanyaan dari Rinda. 
"E.. Alhamdulillah kami lulus Rin. Kamu?" terdengar sedikit bergetar suara yang keluar dari mulut Adin.
"Alhamdulillah, oh iya ini ada sesuatu buat kalian," Rinda mengeluarkan dua buah amplop berwarna cokelat dan memberikannya kepada mereka berdua.
"Apa ini Rin?" tanya Koko.
Adin yang sudah semangat membuka, ekspresinya berubah seketika. 
"Apa sih Din?" Koko ikut-ikutan membuka amplop cokelat itu. "Loh Rinda?"
Rinda menjawab dengan senyum manis, "Iya, dua minggu lagi akad nikahnya, doain ya Ko, Din. Jangan lupa dateng bareng-bareng teman-teman ke rumah."
Koko tersenyum paksa sambil mengangguk. Kemudian ia melirik Adin yang masih membeku membaca isi amplop. "Din! Din!" Koko menyenggol Adin.
"Eh... ee.. selamat ya Rin!" kata Adin dengan mulut bergetar.
"Makasih ya Din. Jangan lupa lho dicatat di agenda kalian. Semangat-semangat buat internshipnya bulan depan!" Rinda meninggalkan dua cowok ini dengan gembira. Sedangkan yang ditinggalkan sudah mirip kambing yang mau dikurbankan. Pucat.
"Din, sabar ya Din..." Koko pelan memeluk Adin.

Mereka masih disofa depan papan pengumuman. Kaki Adin terlalu lemas untuk beranjak. Ia masih sibuk mengembalikan kesadarannya ke tempat semula.

"Ko, aku tahu, kebahagiaan diciptakan beriringan dengan kesedihan. Tapi kenapa harus seperti ini Ko. Aku udah seneng-seneng bersyukur, salah satu doaku di sepertiga malam selama ini dikabulkan, dan ada titik pencerahan untuk doa yang satunya lagi. Dan jawabannya lain Ko."
"Mmm... Begini Din, kau juga pasti sudah paham betul, tidak semua doa yang kita panjatkan, keinginan yang kita usahakan itu baik di mata Allah. Mungkin memang Rinda bukan berjodoh denganmu."
"Tapi Ko, aku udah berusah berdoa selama ini. Bangun tiap sepertiga malam, menyebut namanya disetiap sujudku. Aku udah berusaha tidak mengikuti hawa nafsuku untuk mendekatinya sebelum halal. Aku sudah melakukan semuanya Ko."
"Iya aku tahu Din, aku adalah saksi hidupmu untuk perjuanganmu. Coba untuk menerimanya ya, mungkin dia bukan jodohmu. Dan mungkin kuatnya doa jodohmu yang lain disana entah dimana itu kuat banget, lebih kuat daripada doamu kepada Rinda, dan mungkin ia lebih baik daripada Rinda. Tenang-tenang, jangan putus asa. Dan satu lagi, setidaknya penantianmu untuk menunggu kesiapanmu melamar Rinda nggak sia-sia. Dalam penantian ini kamu sibuk belajar, mengerjakan pasien, jadi volunteer di organisasi sosial, mengisi kajian di kampus, dan seabrek kegiatanmu yang lain."
Adin masih diam terlarut dalam kesedihan.
"Gini nih Din, pencapaianmu ini, lulus ujian yang sulitnya subhanallah itu, keren banget! Usahamu selama ini tak perlu disesali. Biarlah masalah atau bisa dibilang ujian hidup ini berlalu. Jangan sedih berlarut-larut. Nggak baik bagi psikologismu. Masih ada noh internship yang harus dihadapi. Masih ada dunia kerja yang harus dicari keberadaanya. Oke? Semangat dong calon penghuni surga! Yuk berdiri! Tatap hari esok dengan semangat baru!"
Koko menarik tangan Adin dan memeluknya. "Oke Zuhadaku, mari tetap taklukkan sepertiga malam yang indah itu!"
---
Hari ini hari ke 125 setelah kejadian patah hatinya Adin. Ia memutuskan untk melupakan apa yang ia alami beberapa bulan yang lalu. Sekarang ia sibuk membantu kebutuhan kesehatan gigi dan mulut disalah satu puskesmas. Satu bulan sekali ia pulang ke rumah, beruntung ia mendapatkan jatah internship di Jawa, jadi tidak terlalu jauh dari rumah. Hari ini adalah jadwal dia pulang.

Perjalanan menuju rumah sangat memakan tenaga dan waktu. Ia harus tiga kali berganti kendaraan umum untuk sampai ke rumah. Bus-nya telah berhenti di tempat transitnya yang kedua. Sayangnya mendung sedari tadi pagi benar-benar mengisyaratkan langit untuk menurunkan hujan. Saat Adin turun dari bus, saat itu juga ribuan air hujan jatuh membasahi jalanan. Adin yang sejak dulu memang tidak menyukai hujan, memilih segera mencari tempat berteduh. Emperan toko yang sudah tutup menjadi tujuannya.

Ada satu tempat duduk di situ yang kosong, saat ia hendak mengambil kursi plastik itu, ada tangan lain yang juga ingin mengambilnya. Adin menoleh ke empunya tangan. Setelah ia melihat seorang gadis berkerudung biru langit itu terlihat kelelahan ia mempersilahkan kursi itu diambilnya.
"Silahkan mbak dipakai saja."
"Beneran mas ndak papa?"
"Iya ndak papa."
"Makasih mas."
Mereka kemudian berbincang-bincang ringan diiringi alunan musik alami dari tetesan hujan.
Sebuah bus datang dari arah timur. Gadis berkerundung biru itu beranjak pamit.
"Eh tapi masih hujan deras itu mbak!" kata Adin.
"Ndak papa mas, daripada ketinggalan bus saya. Lagian hujan itu berkah dari langit lho mas, jadi dinikmati saja."
Gadis itu tersenyum meninggalkan Adin yang masih galau enggan beranjak menerjang hujan. Bus yang akan ditumpangi gadis itu juga bus tujuan akhir Adin.
"Masak iya aku kalah dengan gadis itu, lagipula hujan adalah berkah dari Allah," akhirnya Adin memutuskan untuk mengejar bus tujuan akhirnya.
"Mbak! Tunggu! Kita pergi sama sama!!!!!"
http://4.bp.blogspot.com/-Urg3bREPF_s/VA9axIhLisI/AAAAAAAAAGw/JGx2pnkmXJs/s1600/
suber: arjoena.com
---------------------------------------------------------
TamaT

Ciye baper ciyee.... Hihihi... Ada kata kata yang susah untuk dicerna? Ini nih kamus mininya:
PSA= Perawatan Saluran Akar, perawatan buat gigi yang sudah mati ataupun yang hampir mati nih gengs, biar giginya bisa berfungsi dengan normal lagi maka dilakukan perawatan ini
Hermetis= salah satu sitilah di dalam perawatan PSA nih, jadi pengisian yang hermetis itu pengisian saluran akar dengan menggunakan bahan hingga padat dan kedap udara gengs, fungsinya supaya si kuman-kuman nakal tidak bisa masuk, mengganggu gigi yang telah dirawat.
Internship= nah kalo yang ini tuh bagi seorang dokter/dokter gigi harus melalui yang namanya intership dulu, pengabdian ke tempat terpencil yang masih minim tenaga kesehatan.