Selasa, 05 November 2013

Kamu #3

Beberapa hari kemudian, aku hidup seperti biasa. Setelah harapan-harapan itu tak tersampaikan, aku sudah tidak memikirkannya. Walaupun sempat pergi untuk membayar praktikum ke kampus pusat, namun keinginan-keinginan yang terselip itu segera aku tebas. Imposible menurutku. Nantilah adakalanya ada kebetulan yang indah. Menjadikannya sebagai kenangan yang patut untuk di gantung.

Aku hidup seperti biasa. Menjalani hari demi hari dengan semangat pagi. Kuliah, organisasi, praktikum, tugas. Tibalah hari ini. Memang tak ada firasat apapun. Aku memutuskan untuk menginap di kost teman kecilku di dekat kampus pusat. Sembari pergi rapat sebuah organisasi di kampus tetangga juga. Banyak agenda yang kami rapatkan, mulai dari baksos sampai dauroh. Setelah maghrib, kurelakan ajakan anak-anak untuk makan bersama. Aku lebih memilih makan dengan teman kecilku nanti. Siapa tahu dia belum makan kan? 

Sembari di jalan, aku melihat sebuah rumah makan yang ingin aku datangi. "Ah, nanti ke sini aja, lagi pengen ayam goreng," kataku dalam hati.
Sesampai di kost teman kecilku. Kami sedikit berdebat mengenai kemana kita akan pergi, aku sih masih menginginkan tempat yang tadi. Belum sempat kita memutuskan, datanglah si hujan, mengguyur kota ini untuk kesekian kalinya. Kami mengurungkan niat untuk beberapa saat.

Setelah langit puas untuk mencurahkan semua kegalauannya. Kami segera berangkat menuju tempat tujuan. Dan di parkiran, ketika aku turun dari motor. Ada seseorang yang melihatku dengan seksama detik kemudian ia menyapaku dengan heran.
"Safin ? " sapanya.
Aku menyipitkan mata. Tak perlu waktu lama untuk aku mengenalinya. Karena wajahnya yang selalu terngiang-ngiang tak beraturan di kepalaku. Ya, dia orangnya, Kata orang korea biasa disebut cho sarang. Yap, dengan senang sekali hati ini menjawab.
"Bima? Apa kabar?" tanyaku basa-basi sambil menahan jantung ini yang akan meledak. Dia menyalamiku duluan, ya Alloh maafkan aku kali ini ya Alloh, mungkinkah jabat tangan ini mengandung syahwat? Ampuni aku kali ini ya Alloh. Engkau yang maha pengampun.
"Baik-baik, kost mu dimana?" ia bertanya sembari mengeluarkan senyuman seperti biasanya. Itulah salah satu faktor aku menyukainya. Ya, aku menyukainya. 
"Oh, di deket kampus ku sana, lagi main ini sama temenku," kataku sambil memikirkan bagaimanakah penampilanku hari ini? Sudah cukup baik kah? Rapi kah? Ah, entahlah. 
"Kamu nggak pernah main ke sana!" kataku kemudian.
"Kamu lah yang main ke sini, sini kan kotanya."
cemburu itu bisa membuat kita termotivasi untuk menjadi yang kebih baik
"Yee,,, bukan tauk kampusku yang kota," masih berusaha menurunkan detak jantungku. "Kamu kok kurusan begini?" Sok perhatian pula.
"Emang lagi ngurusin badan, hehe... Kuliahku banyak tugas, berat." jawabnya.
"Oo,, semangat-semangat!" dan akhirnya short conversation itu berakhir. Karena tempat makan yang akan kami kunjungi sudah habis. Sebenarnya dia juga mau ke sana. Ia pamit, menaiki motor dengan seorang gadis dibelakangnya. Yang tadi aku ketahui mengadakan percakapan kecil kepada teman kecilku itu.

Aku melepas kepergiannya dengan senyuman sebelum teman kecilku memberitahu kabar buruknya.
"Itu tadi siapa Fin?"
"Itu dia Tuz, diaaaaa.... yang aku ceritain!" kataku sambil setengah berteriak melawan angin yang berhembus melawan deru motor.
"Oh, ternyata dia to. Aku juga tahu dia. Anak kampus satu kan?"
"Iyaaa.... Kok kamu bisa kenal? Dan tadi, cewek yang sama dia itu siapa? Mereka deket gitu?"
"Eee.... mereka nggak deket lagi FIn, maaf ya, mereka pacaran. Ceweknya itu temenku satu jurusan." itulah kalimat sederhana Tuz yang membuat aku ingin terjun dari motor.
"Beneran? Kok mereka bisa kenal?" kataku masih setengah shock.
Tuz kemudian bercerita panjang lebar setelah kita menemukan tempat makan yang tepat.
"Maaf ya Fin.."
"Kenapa kamu yang meminta maaf, kamu nggak salah tauk."
"Ya, ceweknya itu kan temen aku."
"Santai lho,, aku nggak papa." 
Iya, aku nggak papa, iya, aku nggak papa. Sambil mendinginkan hatiku dengan es teh yang kau pesen tadi. Sebenarnya aku jarang banget makan malam minum es. Tapi karena kejadian tadi, siapa tahu jadi adem, pikiran maupun hatiku. Padahal aku berharap, saat kita ketemu, dia bener-bener sendirian, atau hanya sama temen cowoknya gitu. Alloh berkehendak lain. Ini adalah kebetulan yang indah sekaligus buruk. 
Kenapa harus di satu tempat dan suasana ya Alloh? Hanya Engkau yang tahu segalanya. Akan seperti apa nantinya, akan berakhir dengan apa nantinya kisahku ini. Aku nggak berani bilang kisah kami, karena mungkin hanya cinta sepihak.  Dan aku senang menunggunya, dengn terus memperbaiki diri agar aku pantas dan berhak bersanding dengannya.

 "Aku gak cemburu, aku cuma nggak suka ada orang lain yang membuatmu tertawa selain aku," Radit, Punk In Love.





When the rain falls out the window,

The hidden memories drench my heart

The person I thought I forgotT

ather floats up clearer in my head

My love, my love,

My love that I long for

My love, who I call out as loud as I can

But can’t hear me

My love, my love,

My love that I miss

Just your name alone cuts me,

My painful love, my love

When the darkness comes out the window

The hidden memories

Light up my heart

My love, my love,

My love that I long for

My love, who I call out as loud as I can

But can’t hear me

My love, my love

,My love that I miss

Just your name alone cuts me

,My painful love, my love

The moments we laughed together

The moments we shed tears together

Now I let it go but-

My love, my love,

By grateful love

My love, who will remain

Even if I erase my everything

My love, my love

,My precious loveI will cherish you until my breath

Runs out, my love, my love

Tidak ada komentar:

Posting Komentar