Selalu
ada cerita indah dibalik surprise birthday #episode ulang tahun fiska
Ini adalah
sebuah kisah. Bisa dibilang kisah inspiratif, bisa juga hanya bacaan ringan
teman minum teh. Terserah pembaca yang menilai. Tapi setidaknya saya menuliskan
kisah ini dengan sepenuh hati. Nothing spesial sebenernya, tapi ya bisa
dibilang spesial. ????#### hahaha... Ya sudah, tapi mulai dari mana ya? Oh
ya,,, saya lupa tepatnya, tapi sepertinya dua hari sebelum teman saya ini
merayakan hari jadi yang ke 18 tahun.
Saya
dan salah satu teman saya yang tidak mau disebutkan jati dirinya, sebut saja Latifa
*wkkkkkkk... bingung, galau, dilema, risau, etc. Dihari bahagia sahabat yang
menemani kami selama tiga tahun ini akan kami berikan apa? Buku? Biasa.
Celengan? Emangnya anak teka. Apalagi pensil warna, gak banget deh.
Yasudah
dengan lama sekali bersemedi ke gunung lawu sampai lumuten dan ber lumuran
sarang laba-laba #terlalu imajinatif. Baiklah ide ini tercipta dari kepala emas
Latifa dan saya sempurnakan bersama temen saya satunya yang mengaku bernama
Dayah.
Sebuah
buku buatan kita, yang memuat berbagai macam karya kita dan ucapan-ucapan ulang
tahun dari sahabat-sahabat dekatnya. Awal dari perjalanan ini, teman saya yang
bernama latifa ini mempunyai ide untuk mencetaknya di kertas hitam. Kita
membuat tulisan hasil karya kita dengan background hitam. Mulailah pencarian
yang sangat melelahkan. Setelah berkelana ke toko-toko yang sekiranya menjual
kertas, akan tetapi kertas yang kami maksud tak kunjung ditemukan. Panas-panas
mencari, merepotkan teman kita Shari. Hehehe...
Beberapa
hari setelah kecapekan mencari, akhirnya si Latifa memutuskan untuk membeli
kertas rada silver gitu, yah tak apalah yang penting rada2 hitam. heheh...
Kemudian muncul masalah selanjutnya. Saat pergi ke percetakan, mas-masnya gak
bisa nyetak kalau di kertas item, katanya akan menyerap warna. Trus mahal pula.
Haduuuhhh... Eh ada sebuah kabar yang menyatakan (dirinya sendiri yg
menyatakan) bahwa orang yang dulu pernah disukai latifa saat SMA sekarang jaga
percetakan di Solo. Nah, aku yang jadi korban. Disuruhlah aku untuk meng-esemes
T***n. Latifa nggak mau, takut gimana gitu,, wkwkw...
Seperti
kasus sebelumnya, mahal banget euy... ya nggak jadi deh. Trus I had an idea.
Gimana kalau dibuat kliping aja. Biar nggak ribet dan sebera diberikan kepada
jeng Fiska yg ulang tahunnya satu bulan lewat. Awalnya Latifa gak mau. Trus
setelah tak ada penyelesaian lain akhirnya dibuat kliping ajah...
Penempelan
pun dimulai. Butuh ekstra waktu. Disamping aku banyak banget praktikum dan
pulang sore mulu, Daday dan Latifa juga, kerja lemburlah kita. Sebelum semuanya
selesai, ada aja even yang membuat si Fiska dateng ke kos. Nah loh,,, gelagapan
tiap Fiska masuk ke kamar kita-kita. Proyek buku album pun dilempar ke kamar
masing2,, wkwkw...
Suatu
malam, aku dan Latifa menghabiskan waktu menempel dan mendesain sampe pukul
satu malam kalo nggak salah, udah kamarku bau gosong gara2 kertas cerpenku aku
desain pinggir2nya dengan aku bakar. Mata pedas dan komplikasi lainnya.
Penempelan sempet tertunda gra-gra tugas dan praktikum (lagilagi). Kemudian
saat ada waktu luang kami langsung memutuskan untuk menyelesaikannya dan
menjilid tuh buku yang udak berkarat. Sampe melewati ultahnya Fitria ‘sipitt’
yang juga sebagai tim sukses terbitnya buku kami. hehehe...
Perjalanan
dimulai, dengan pedenya aku dan Latifa ke sebuah foto copy langganan. Eh, si
mas2nya kebetulan pas yang genit-genit. rrrrgggghhh... Tanyalah kita dengan
polosnya. “Mas bisa jilid spiral ini gak?” Aku keluarin buku yang udah berdebu.
“Wah, gede banget dek, nggak cukup ini, coba ke L***s aja, disana spiralnya
gedhe.” Okelah kita cari tuh foto copy-an. Eh pas ketemu tutup. Rrrggg...
Tanpa
putus semangat kembalilah keesokan harinya menuju foto copy-an yang dimaksud.
hampir aja salah tempat, wkk,,, Habisnya mirip..
Tap...tap...tap...
“Mas,
bisa jilid spiral ini nggak?” kembali aku mengeluarkan buku berdebu itu *eh
calon buku.
“Wah
dek, di sana aja,” sambil menunjuk ke sederet foto copy-an di seberang. “Sama
aja kok dek, alat-alatnya di sana semua kok,” katanya kemudian.
Heissshhhh.....
Yaudah,,
kita ke seberang. Bingung deh mau ke mana. Banyak banget foto copy-an. Kita
memutuskan untuk pergi ke FC tepat disebrang.
Aku ulangi lagi pertanyaan yang sudah beberapa kali aku sebutkan.
“Oh
iya dek, mau yang kawat atau plastik?”
Kita berdiskusi... Mas2nya
mendiskripsikan kelebihan dan kekurangan produknya.
“Ini
bisa dikasih hardcover mas?”
“Wah,
kalo jilid spiral nggak bisa dek,, tapi
dilaminating bisa...”
TIK,,,Tik,,,tik,, diskusi panjang
kami dimulai.
“Okelah
mas, dilaminanting aja,”
Weladalah, si masnya malah
menjilid spiral di FC sebelahnya. Ini FC-an semua satu pemilik apa ya???
Eh, jadi deh.. Tapi ya rada nggak
rapi gitu, Tapii... yaudahlah , daripada semakin berkarat dikolong tempat
tidurku. Setelah transaksi jual beli dilaksanakan. meluncurlah kita ke sebuah
mall besar di Solo. Nyari kado juga buat si Fitria. Ehehe... Di sebuah toko
bukunya kami menghabiskan sisa sore dengan membaca.
Sampe
di depan, malah hujan lebat.
Kyaaaaaaaaaaaaaa..... “Buku
perdana kita gimana??? Aku taruh di motor!!!” Berlarilah kita menuju tempat
parkir sambil menutupi kepala walaupun kita tahu itu percuma. Hahaha...
Kado
terselamatkan. Tapi tubuh kita yang tak terselamatkan. Berteduhlah di bawah
payung raksasa milik abang abang parkir. Nunggu lamaaa... Pengen foto, tapi
sungkan sama mas mas sebelah yang juga lagi nungguin sang hujan pergi.
Hehehe...
Kegalauan
melanda, gimana nih??? Aku dan Ninik *eh Latifa nekat menerobos untuk nyari
makan di sebelah Solo Square. Alhamdulillah dapet makan. Benar benar ya. Sesuatu
banget. Needed many sacrifice. Dan kami harap, usaha kami nggak sia-sia. Bisa
membuat Fiska nangis. Hehehe... (Dan beberapa minggu kemudian seperti yang kita
duga, ia menangis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar